Thursday, March 31, 2011

Short but Deep


By PES

Panggung Opera 'Andre Chenier' Berbentuk Tiga Dimensi

AUSTRIA - Pada akhir Juli nanti, akan diselenggarakan sebuah opera tentang 'Andre Chenier', seorang penulis Prancis yang dieksekusi.

Opera itu pun akan diiringi komposer Italia Umberto Giordano. Hal unik dari opera tersebut adalah bentuk panggung raksasa berbentuk tokoh opera.

Desain Panggung Opera Kini Masih Dalam Proses Penyelesaian

Panggung itu dibuat seakan seperti jasad manusia yang muncul di permukaan danau. Demikian seperti dikutip Telegraph, Rabu (30/4/2011).

Dekorasi panggung yang unik ini sudah mencuri banyak perhatian masyarakat dan membuat opera ini amat dinantikan.

__________


The stage
was made ​​as if such human corpses that appear on the surface of the lake. It is quoted by the Telegraph on Wednesday (30/04/2011).

Gokil! 2 Gadis Bugil & Mandi di Pinggir Jalan Raya!


LOS ANGELES - Kejadian menghebohkan terjadi di jalan raya Los Angeles. Pasalnya dua orang gadis cantik tampak bugil dan mandi di pinggir jalan.

Seorang pengendara mobil akhirnya mengalami kecelakaan akibat kejadian tersebut.

Kedua wanita tersebut merupakan aktifis perlindungan hewan Peta. Mereka melakukan aksi mandi dijalanan untuk memperingati Hari Air Sedunia, demikian lansir Orange, Senin (28/3/2011).

Kantor berita CBS pun merekam kejadian ketika seorang pengendara mobil menabrakkan mobilnya ke sebuah mobil pick-up karena melihat kedua gadis tersebut mandi.

Peta juga melancarkan aksinya tidak hanya di Amerika Serikat (AS). Di London, dua orang model juga melakukan aksi mandi di Alun-Alun Trafalgar.

Mereka melakukan protes terhadap perusahaan daging yang menggunakan banyak air. Mereka mengklaim bahwa dengan tidak memakan daging sebanyak setengah kilogram, orang-orang bisa menghemat air sebanyak enam bulan untuk mandi.

__________


They
protested against the meat company that uses lots of water. They claim that by not eating meat as much as half a kilogram, people can save water as much as six months for a bath.

The Real Shaolin Soccer! Kuil Shaolin Dirikan Sekolah Sepakbola Kung Fu!


BEIJING - Anda pernah menyaksikan film mengenai sepakbola yang dimainkan oleh para biksu dari Kuil Shaolin?

Kini para biksu dari Kuil Shaolin akan mewujudkan hal tersebut dengan membuka sekolah sepakbola yang akan digabungkan dengan ilmu kung fu.

Hal tersebut dikarenakan sepakbola di Negeri Tirai Bambu itu dianggap buruk. Oleh sebab itu, para biksu berinisiatif membuka sekolah sepakbola kung fu.

Kepala Biara Kuil Shaolin Shi Yanlu mengatakan, bahwa disiplin ilmu kung fu akan memberikan keuntungan bagi para pesepakbola muda.

Dia kini telah memilih 40 biksu yang dilatih di sekolah tersebut di bawah pengawasan ahli kung fu dan juga mantan pesepakbola nasional.

"Sepakbola China kini sangat mengecewakan. Kami berharap dengan menggabungkan elemen kung fu dan semangat, sepakbola China akan lebih baik," ujar Yanlu seperti dilansir Orange, Selasa (29/3/2011).

Sekolah sepakbola biksu ini juga didukung oleh Asosiasi Sepakbola China, yang telah menyediakan perlengkapan, termasuk seribu sepakbola. Kini rencananya sekolah tersebut akan membangun lapangan yang lebih luas agar para siswanya bisa leluasa bermain.

____________


School football monk is also supported by the Chinese Football Association, which has provided equipment, including a thousand football. Now the school plans to build a wider field for their students can freely play.

Overeating caretoon

King cartoon

Wednesday, March 30, 2011

Computer cartoon

Election cartoon

“Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa” ... So What Gitu Loh!

            Sebelum mulai, saya tegaskan di sini bahwa isi tulisan saya ini sangat subyektif, khas saya, dan tidak bermaksud menyinggung siapa pun yang memiliki pilihan berbeda dengan saya. Setiap orang punya pilihan, dan inilah pilihan saya sejak melahirkan Affiq hingga saat ini. (Sebenarnya saat Affiq masih jadi anak tunggal, saya pernah berusaha melamar pekerjaan sampai akhirnya saya hamil Athifah, hal itu tidak saya lakukan lagi).
Oke ... mari kita mulai.
Pandangan sementara orang yang berkembang dewasa ini cenderung agak merendahkan (kadang-kadang malah terlalu merendahkan) orang-orang yang berpredikat ‘hanya ibu rumah tangga biasa’. Pengalaman saya membuktikan hal itu. Saya yang memilih ‘hanya menjadi ibu rumah tangga biasa’ sering dikomentari tidak enak. Demikian pula adik perempuan saya dan istri adik saya yang punya pilihan sama dengan saya.
            Suatu ketika seorang sahabat saya bertemu dengan teman SMA kami di Jakarta, ia bertanya tentang kabar-kabar teman se-SMA, termasuk saya. Saat ia bertanya apa pekerjaan saya, sahabat saya menjawab ibu rumah tangga. Ia merespons, “Ah, masa sih orang secerdas Niar hanya jadi ibu rumah tangga?”. Pedas. Untung sahabat saya membela saya. Tapi walau pedas, syukurlah ... ternyata dia mengakui kalau saya ini cerdas ... he .. he ... he.
            Tak jarang kerabat ‘menyayangkan’ saya yang seorang sarjana teknik, mengapa ‘hanya menjadi ibu rumah tangga’. “Sayang ya Tante”, kata seorang kerabat kepada ibu saya saat ia menanyakan apa pekerjaan dari anak-anak ibu dan ibu saya menjawab bahwa kedua anak perempuannya ‘hanyalah ibu rumah tangga biasa’. Biasalah ... pembicaraan di kalangan keluarga, atau teman-teman orangtua saya, kalau menanyakan tentang anak, pertanyaan pokoknya adalah tentang pekerjaan atau karir. Yah, apa mau dikata, itulah ukuran duniawi. Jarang yang bertanya tentang kualitas ruhani kerabat/anak-anak kenalan mereka.
            Terkadang saya sedih melihat ibu yang kelihatannya masih menyimpan obsesi agar saya berkarir di luar rumah. Saya maklum, ibu dan bapak saya yang tidak pernah mencapai gelar sarjana sangat berharap anak-anaknya berhasil menjadi sarjana lalu bekerja. Sederhana sebenarnya, seperti harapan kebanyakan orangtua. Pernah beliau duduk, menerawang dan menggumamkan keberhasilan seorang kerabat, wanita karir yang sekarang sudah menjadi kepala kantor. Beliau seolah menyesali, mengapa anak-anak perempuannya ‘hanya menjadi ibu rumah tangga biasa’. Sayangnya ibu tidak menyadari, walaupun duniawiah kelihatan sukses, ada kekurangan sang kerabat dalam hal pendidikan anaknya, yang tidak etis bagi saya untuk diceritakan di sini. Lagi pula ... satu hal yang saya syukuri, saya tidak pernah memberatkan ibu dalam pengasuhan ketiga anak saya.  Walaupun kami tinggal serumah, anak-anak saya urus sendiri sejak bayi, bersama suami. Malah beberapa hari setelah melahirkan Athifah, saya sudah membantu mengurus keperluan sahur/buka puasa di rumah (Athifah lahir 1 Ramadhan, sepulangnya kami ke rumah, saya langsung beraktivitas seperti biasa kecuali mencuc. Waktu itu ada 'asisten' yang membantu mencucikan pakaian selama sebulan. Setelah Athifah berusia sebulan, saya kembali mencuci sendiri karena 'asisten' kami mengundurkan diri) . Orang-orang lain memang punya anak yang bekerja, tetapi orangtuanya tak hentinya dilibatkan dalam mengurus anak-anak mereka. Alhamdulillah, saya dan adik saya tidak pernah merepotkan ibu kami. Sesekali saya dan suami keluar rumah untuk suatu keperluan, anak-anak lebih banyak dijaga oleh ayah saya. Itu pun setelah urusan makan dan mandi mereka selesai.
            Saya berpendirian, hal yang sangat berat pertanggungjawabannya kelak di akhirat jika saya bekerja (sementara anak-anak tidak saya urus), tetapi tidak demikian halnya jika saya mengurus anak-anak sehingga tidak bekerja di luar rumah. Anak-anak saya adalah tanggung jawab saya, bukan tanggung jawab orangtua saya, dan tentu saja bukan tanggung jawab pembantu/pengasuh. Mengurus anak-anak bukan sekedar memberikan kebutuhan jasmani bagi mereka (sandang, pangan, dan papan) tetapi juga mengisi ruhani mereka. Lihat:  (Pengembangan Diri Dunia-Akhirat ). Contoh kecil misalnya, siapa yang bisa menjamin anak saya yang usianya sudah 9,5 tahun shalat 5 waktu sementara saya tidak ada di rumah? Kalau hanya pembantu/pengasuh susah menjaminkan hal ini untuk saya. Kakek-neneknya saja kewalahan menghadapinya. Tetapi jika saya atau papanya ada, ia tahu kapan kewajibannya harus ia laksanakan, entah itu melalui ucapan halus, tatapan tajam, atau ancaman misalnya (sementara tatapan tajam dan ancaman – apalagi ucapan halus dari kakek-neneknya tidak mempan baginya ... apatah lagi jika dari pembantu/pengasuh).
            Membentuk ikatan batin dengan mereka adalah kebutuhan bagi saya. Dan saya sangat menyadari, ikatan batin bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya hanya karena mereka lahir dari rahim saya tetapi itu adalah hal yang harus saya usahakan dengan sadar, harus saya rencanakan lalu saya bangun dan kemudian harus dipupuk. Bagi saya, itu butuh waktu, dan masa yang paling tepat adalah sejak mereka dalam kandungan, lahir, hingga membesarkannya. Ikatan batin yang kuat merupakan modal besar bagi saya agar dapat bersinergi dengan anak-anak agar kami sama-sama menjadi manusia berkualitas terbaik (secara ruhani) di dunia dan kelak di akhirat. (Lihat: Adakah Rindu Buat Ibu ?). Tanpa ikatan batin yang kuat, bisa saja anak-anak yang seharusnya menjadi cahaya mata dan hati berubah menjadi monster secara perilaku, karena tentu saja kontribusi ibu sangat besar dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak-anak, baik yang menurun secara genetika maupun melalui hal-hal yang dilakukan ibu dengan sengaja ataupun hal-hal yang tak pernah dilakukannya (Lihat: Membesarkan Sesosok Monster? Jangan Sampai!).
            Setiap momen dapat menjadi momentum dahsyat dalam pembentukan ikatan batin antara saya dan anak-anak, saat menyusui hingga 5 tahun pertama usia mereka (Lihat: Tak Ada yang Lebih Baik dari ASI, Saat-Saat Nikmat dan Momentum Berharga Seorang Ibu (Salam Hari Ibu 221205) ), saat mereka bertanya tentang Allah atau apa saja (Lihat: Deretan Pertanyaan Affiq, Deretan Pertanyaan Athifah, Berapa Tuhan ?, dan Tentang Allah ), sungguh, saya ingin ada saat pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dalam benak mereka karena hal seperti itu juga merupakan momentum berharga, atau saat berkompromi dengan mereka. Kapan momentum dahsyat itu datang, saya tidak tahu pastinya, itu makanya saya ingin ada dekat mereka kala momentum itu datang. Selain itu, saya termasuk orang yang ‘egois’ karena saya menginginkan menjadi saksi bagi ‘saat-saat pertama’ mereka, entah itu saat pertama mengucapkan “Mama”, saat pertama merangkak, saat pertama berjalan, dan saat-saat pertama lainnya. Itu merupakan suatu nikmat bagi saya yang pasti susah saya dapatkan jika saya bekerja di luar rumah.
Salah satu momentum berharga adalah saat pelajaran sekolah anak saya yang sulung tidak mencapai target kurikulum. Ada banyak hal yang terjadi di sekolahnya, yang membuat kelasnya tertinggal hampir dalam semua mata pelajaran di banding kelas ‘sebelah’. Saya harus mampu mengetahuinya dan mengejar ketertinggalan kurikulumnya karena soal ulangan umum yang dia hadapi ‘tidak peduli’ apakah materi pelajaran sudah selesai diberikan oleh guru yang  bersangkutan atau tidak (lihat: SEKOLAH OH SEKOLAH ...). Juga ada saat-saat anak-anak meminta diladeni oleh saya – hanya oleh saya, bukan oleh papanya, padahal papanya ada dekat mereka (misalnya di: Ancaman). Hal-hal seperti itu tentu sulit saya penuhi jika saya bekerja di luar rumah.
Hal yang menarik, saya pernah membaca buku yang ditulis oleh Anni Iwasaki (orang Indonesia yang menikah dengan pria Jepang) bahwa perempuan-perempuan di Jepang meskipun sekolahnya tinggi, mereka cenderung memilih menjadi ‘ibu rumah tangga biasa’ ketimbang bekerja di luar rumah. Hal ini dibenarkan oleh seorang sahabat saya yang pernah tinggal di negeri sakura itu. Ada pula hal menarik dari salah satu tulisan yang saya kutip di blog ini menyebutkan: “.... ada penelitian sosiolog-sosiolog Islam terkemuka di Amerika. Hasilnya cukup mencengangkan, kata mereka sebaiknya negara harus membayar perempuan-perempuan yang tinggi sekolahnya tetapi dia memutuskan untuk menjadi ibu dan mendidik anaknya di rumah. Karena kontribusinya pada negara jauh lebih baik daripada uang yang disumbangkan dari pendapatan perusahaannya yang dikontribusikan untuk negara ...”. (Lihat: Tentang Kesiapan Menjadi Orang Tua dan Kontribusi Ibu pada Negara ).
Setelah semua kalimat dengan huruf tebal di atas, dan semua tulisan yang telah saya buat terkait dengan ‘paham keibuan’ yang saya anut, bagaimana mungkin ada orang lain yang bisa mengambil alih peran saya? Bagaimana mungkin ada orang yang lain yang bisa lebih baik dari saya? Saya bukan manusia yang sempurna tetapi saya adalah sosok yang terbaik bagi anak-anak saya. Bukannya bermaksud mengecilkan orangtua kami. Mereka sudah berjasa membesarkan kami, masa harus direpotkan lagi dengan mengurus cucu-cucu? Lagi pula masa anak-anak berkembang nanti sudah sangat tidak dipahami oleh mereka. Tambahan lagi saya pernah menyaksikan seorang pengasuh anak/PRT yang menemani anak majikannya beli es krim, sang pengasuh membukakan pembungkus es krimnya, menjilat dahulu es krim itu baru diberikan kepada anak sang majikan untuk dikonsumsi. Iiiih ... Saya pernah mendengar pengasuh yang menceboki anak majikannya menggunakan kaki karena jijik, atau pengasuh yang malas memberikan makan kepada anak majikannya. Saya juga pernah mendengar cerita tentang kerabat yang selalu kedatangan tamu-tamu mungil – 3 kakak-beradik - anak tetangga sebelah yang bapak-ibunya bekerja, di mana tamu-tamu mungil ini selalu saja merepotkan kerabat saya ini karena mereka suka membongkar isi lemari tuan rumah kalau bertandang. Kasihan, ibunya tidak pernah tahu kalau anak-anaknya malu-maluin di rumah orang. Kerabat saya ini juga cerita, ia pernah melihat seorang pengasuh yang sebenarnya sedang ‘bertugas’ tetapi tidak menjalankan tugasnya, ia asyik bertelepon-ria via HP, berlama-lama, sementara balita anak majikannya berkeliaran ke sana ke mari tanpa pengawasan di keramaian. Saya yakin, majikannya tidak tahu kelakuan pengasuhnya itu. Hmm ..  orang lain mungkin sanggup menjalankan peran (paham) keibuannya sambil bekerja di luar rumah tetapi tidak demikian halnya dengan saya. Sekali lagi, tulisan ini sangat subyektif, khas saya.
Akhir kata, saya memang ‘hanya ibu rumah tangga biasa’ so what gitu loh ?
Makassar 30 Maret 2011

Tuesday, March 29, 2011

Shaun Tan



 I was happy to receive the news today that the wonderful Shaun Tan 
is the recipient of the Astrid Lindgren Memorial Award 2011

I remember the emotion when I first met him through The Red Tree
at a Bologna book fair a few years ago


The jury’s citation reads as follows:
Shaun Tan is a masterly visual storyteller, pointing the way ahead to new possibilities 
for picture books. His pictorial worlds constitute a separate universe where nothing 
is self-evident and anything is possible. Memories of childhood and adolescence are 
fixed reference points, but the pictorial narrative is universal and touches everyone, regardless of age.
 Behind a wealth of minutely detailed pictures, where civilization 
is criticized and history depicted through symbolism, there is a palpable warmth. 
People are always present, and Shaun Tan portrays both our searching and our alienation. 
He combines brilliant, magical narrative skill with deep humanism.
 
ilustrations from Tales from Outer Suburbia (2008) thanks to Drawn

Tan, born in 1974, has already received a number of literary awards, 
including the Deutscher Jugendliteraturpreis in 2009 for Tales from Outer Suburbia 
and a New York Times Best Illustrated Children’s Books award in 2007 for The Arrival.

 The Arrival (2006)

 At this year’s Academy Awards, Shaun won the Oscar for best animated short film 
for The Lost Thing, based on his book of the same title.

 Flinch cover art

See you soon!

Ponsel Konsep Kyocera, Dapat Mendeteksi Emosi Pengguna


Kyocera baru saja memamerkan ponsel terbarunya pada CTIA 2011. Perusahaan ini menampilkan beberapa jenis ponsel konsep dimana ponsel tersebut akan dapat bereaksi ketika mendeteksi emosi penggunanya.

Menurut Kyocera, manusia sebagian besar menggunakan waktu mereka untuk berkomunikasi melalui bahasa tubuh dan interaksi. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk membuat konsep ponsel didasarkan pada emosi manusia. Ponsel ini secara fisik akan berubah tergantung pada emosi pemanggil.

Jika anda melihat foto diatas bisa terlihat bahwa ponsel tersebut terlihat halus mengkilap dan bersinar itu menandakan bahwa penggunanya dalam keadaan suasana hati yang baik tapi jika anda melihat gambar ke kanan, perangkat lebih berubah bentuk dan mengeluarkan pola tak beraturan yang mengindikasikan bahwa penggunanya dalam keadaan suasana hati yang kacau balau.

___________


If you look at the photo above can be seen that the phone looks smooth and glossy shine that indicates that users in a state of good mood but if you look at the picture to the right, the device changes shape and spend more irregular pattern which indicates that users in a state of mood of turmoil.

Caveman cartoon

Marriage Counselor cartoon

Monday, March 28, 2011

"Ma, Suap!"

           "Ma, Suap!". Sulung saya, Affiq – yang sekarang berusia 9 tahun 8 bulan, masih suka mengucapkan kata-kata itu. Sering kali saya tolak dengan alasan dia sudah kelas 4 SD, koq masih disuap? Tetapi sesekali saya suap juga ia bersama kedua adiknya Athifah (4,5 tahun) dan Afyad (1,5 tahun). Merupakan kenikmatan tersendiri bagi saya jika menyuap ketiga buah hati ini, dan mereka makan dengan lahap. Kenikmatan karena masakan saya ternyata sangat dihargai oleh mereka dan kenikmatan bagi naluri keibuan saya.
            Suatu kali saya bertanya kepada sulung saya, “Kenapa sih Kamu suka sekali minta suap? Memangnya kalau Mama yang suap rasanya jadi lebih enak?”. Spontan ia mengangguk. Sekali lagi, satu kenikmatan bagi naluri keibuan saya membungkus hati saya.
            Saya ingat, dahulu pun saya senang sekali jika ibu saya menyuap saya, apalagi jika langsung dengan tangan beliau (tidak pakai sendok). Kenapa ? Ada dua alasan. Yang pertama, praktis saja, tidak repot (he...he), dan yang kedua, rasanya koq lebih nikmat ya disuap oleh ibu? Tidak sama rasanya jika saya yang menyuapkan sendiri ke mulut saya, padahal jenis makanannya sama. Begitu pun dalam hal masakan. Saya suka sekali telur dadar buatan ibu saya. Walaupun telur dadar yang saya buat tidak kalah enaknya (cie ... merasanya ..) dengan buatan beliau, tetapi bagi lidah saya, masakan beliau lebih enak dari masakan saya. Padahal bumbunya sama saja, bawang merah dan tomat yang ditumis! Kembali ke soal ‘suap-menyuap’. Mau tahu kapan terakhir kali saya disuap oleh ibu saya? Jawabannya adalah: sehari menjelang pernikahan saya. Saat itu usia saya 25 tahun. He .... he ... he.
Makassar 29 Maret 2011

Monday Matticchio





5 Hal Aneh yang Bisa Anda Temukan di Singapura

Hanya di Singapura, Anda bisa kehilangan S$100 sebelum berada di dalam kasino, mengantri dua jam untuk bubble tea, dan bergabung dengan agen kencan yang dikelola pemerintah.

Kita semua tahu tentang pendingin ruangan Singapura, mal-mal, pusat jajanan (hawker), denda untuk membuang sampah sembarangan dan membawa durian. Namun tahukah Anda bahwa Singapura juga memiliki agen kencan yang disponsori oleh pemerintah dan Hotel Merlion? Berikut ini adalah lima fakta unik lainnya tentang negara-kota ini.

1. Antrian panjang bubble tea


Kami tidak pernah melihat antrian seperti ini sejak Hello Kitty muncul di McDonald's. Toko bubble tea trendi seperti Koi, Gong Cha dan I Love Taimei benar-benar menangguk untung besar dari para penyuka bubble tea yang rela antre sampai dua jam untuk mendapatkan minuman favorit mereka.

2. Kafe pelayan


Gadis-gadis ini mengenakan bulu mata palsu, bermata besar seperti Bambi, dan kostum pelayan Perancis versi Jepang di Akibanana Café and Bar (Tanjong Pagar Road 108, +65 6222 2087) demi memenuhi setiap keinginan Anda.

Para Meido-san ini akan menyuapi Anda, merapikan kuku, bahkan memberi pijatan.

3. Hotel Merlion


Patung berbentuk setengah ikan, setengah singa ini menjalani transformasi dari tanggal 7 Februari sampai 9 Maret menjadi sebuah kamar hotel sementara untuk menerima tamu yang akan bermalam.

Seakan Merlion tidak cukup dipermalukan, kini sebuah hotel pun didirikan atas namanya.

4. Bea masuk S$100 untuk kasino


Singapura adalah satu-satunya negara di dunia yang menerapkan bea masuk ke kasino bagi penduduk lokal, sesuatu yang sangat absurd.

Banyak penduduk setempat yang sudah ditahan, didenda, dan bahkan dipenjara karena menggunakan izin kerja orang asing untuk mencoba masuk ke kasino tanpa membayar bea masuk.

5. SDU = Single, Desperate, Ugly?


Oh salah, maksudnya Social Development Unit, sebuah agen pencari jodoh yang disponsori pemerintah. Bersiap-siaplah menerima undangan keanggotaan eksklusif (dengan biaya tahunan S$10) dari SDU jika Anda berusia di atas 30 tahun dan masih melajang.

sumber : travel.yahoo

________


The statue-shaped half-fish, half lion is undergoing a transformation from February 7 to 9 March to a temporary hotel room to receive guests who will spend the night.

Kehilangan Suara

Suatu pagi di suatu kerajaan hiduplah raja Budi yang suka teriak. Setiap  menugaskan pelayan-pelayan dia suka teriak-teriak dan pada saat memberitahu penduduk raja selalu berteriak.
                Pada suatu ketika saat sedang memberitahu penduduk, tiba-tiba raja kehilangan suara. Ia meminta tolong kepada seorang pelayannya yang bernama Ali. Dia berkata, “Hei Ali, tolong Aku!”. Ali menjawab, “Tenang Tuan akan meniru suara Hamba. Nah sekarang buka mulutnya”.
Olala suara raja Budi membuat penduduk tertawa. Penduduk dan rajanya pulang dengan gembira. “Terima kasih Ali. Ajari Aku cerita-cerita jenaka”, kata raja Budi.
By: My Affiq

Guru cartoon

King Computer cartoon

Sunday, March 27, 2011

Sunday Safari - Book Party!


 Jean Michel-Folon, Kafka's Metamorphosis
thanks to 50 Watts

Wednesday we're off to Bologna... to welcome this exciting 
annual event once again we have organized a reading
party with a group of fellow book-lovers


 Lilo Fromm, 1983 poster, thanks to sugarwheel fl


Bolin, Easter shoes ad detail, 1946


 Beatrix Potter, The bespectacled mouse, 1890
thanks again to Weimar Art!

 Andrea Rivola, Topo di biblioteca


 Felix Lorioux's, illustration from Fables De La Fontaine,
thanks a fabulous post at Hollywood Animation Archive



 Celestino Piatti, poster for Swiss League,
thanks to sugarville


A birthday wish from little old (literally, ha!) me.

Dear Friends,

A week ago I celebrated a significant milestone - my 40th birthday. So far, it's been looking like an exciting year. As one of my wishes, I'd like enlist your help.

I am on the board of directors for a truly unique and inspiring theatre program for young actors in our region. Portland Theatre Brigade provides professional theatre training for young people ages 7-14. Theatre Brigade not only teaches amazing acting skills (using improvisation through Spolin work - most of you know how important improv is to me!) - but it also empowers these young people to know their own voice and to be leaders and team players no matter their age and talent. I've seen first hand how transformational this program can be to these kids!

One of the most unique offerings in the program is the Portland Theatre Brigade School Tour. Our young actors tour to schools throughout the Portland metro area providing FREE theatre performances for 3,000 students each year. Not only is this an invaluable experience for the young members of Theatre Brigade, it also serves as an inspiring and lively experience for the student audiences they reach. And with the dwindling arts education resources in our schools, Theatre Brigade performances may be one of the few live theatre performances these students get all year.

As Portland Theatre Brigade gets their spring School Tour underway, I humbly ask

PLEASE HELP US RAISE $10,000 BY APRIL 23!

Through a grant from the Regional Arts and Culture Council, as well as pledges from other donors, we're already nearly halfway there.

Visit our website to donate online or send a check to Portland Theatre Brigade, PO Box 5823, Portland, OR 97228. Watch our thermometer fill up as donations come in!

As a special 40th birthday gift to me, I'm hoping that you'll consider a gift of $40 or more towards this campaign. If 100 of you wonderful people pitched in $40 we'd be so close to our goal!! (Of course, we'll be happy to accept donations of any size smaller or larger than $40.)

Anyone who donates to Theatre Brigade during this campaign will receive a link to a wonderful video about Portland Theatre Brigade created by one of the student alums.

Thanks for reading and thanks for all your support!!

Toni

PS - If you haven't liked our Facebook page, do it now! Click here.

Selly Sang Penipu Ulung Tertangkap, Terancam 7 Tahun Penjara


Jakarta - Selly yang diduga terlibat dalam berbagai aksi penipuan di Jabodetabek dan Bandung sejak 2006 ditangkap oleh polisi saat sedang berada di Denpasar, Bali. Polisi menjerat Selly alias Selly Yustiawati alias Rasellya Rahman Taher (26) dengan dua pasal sekaligus.

"Dia kami kenakan pasal penggelapan dan penipuan," kata Kapolsek Denpasar Selatan, AKP Leo Martin Pasaribu saat berbincang dengan detikcom, Minggu, (27/3/2011).

Penyidik langsung memeriksa Selly setelah tertangkap. Usai diperiksa, ia pun langsung dijebloskan ke dalam penjara.

"Selly terancam 7 tahun dan 5 tahun penjara," tegasnya.

Selly ditangkap di Hotel Amaris Kuta, Denpasar, Bali siang ini. Ia tertangkap sedang berduaan dengan kekasihnya, Bima, seorang mahasiswa PTN ternama di Yogyakarta. Hanya saja, karena kekasihnya tidak terkait langsung dengan kasus yang dilakukan oleh Selly, Bima akhirnya dilepas oleh polisi.

Sebelumnya, Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polresta Bogor resmi menetapkan Selly masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) pada tanggal 4 Maret 2010.

Selly disebut-sebut sebagai penipu ulung berparas cantik di situs jejaring sosial facebook. Bahkan dikabarkan juga korban dari wanita ini mencapai ratusan orang, tersebar di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung dan Yogyakarta.

Untuk yang belum tahu siapa Selly ===> Klik disini

sumber : detik

____________


Selly arrested at the Hotel Amaris Kuta, Denpasar, Bali this afternoon. He was caught alone with her ​​lover, Bima, a prominent state university student in Yogyakarta. However, because her lover is not directly related to the case made ​​by Selly, Bima eventually released by police.

Begini Jadinya Kalau Orang Tua Memakai Jasa Baby Sitter!

Begini jadinya kalau orang tua terlalu mengandalkan baby sitter!


Gimana menurut agan sekalian??? hehehe

Penginapan Yang Aneh!

Baru kali ini gan ane lihat penginapan nawarin NGACA! hehehe

Seorang Pria Terjepit Di Kloset Mesjid Istiqlal


Jakarta- akibat kurang hati-hati saat berada di kamar mandi, seorang pria bertubuh gemuk terpeleset di kloset, yang mengakibatkan kaki kanannya terjepit, kejadian unik ini terjadi di sebuah kamar mandi di Mesjid Istiqlal Jakarta Pusat. Siang (25/03)

Wajah Sugiono terlihat pucat saat petugas bersama aparat kepolisian mencoba melakukan evakuasi, setelah dilakukan upaya untuk membebaskan kaki yang terjepit, akhirnya petugas penyelamat dari dinas pemadam kebakaran terpaksa menghancurkan dan memotong lempengan besi kloset yang terbuat dari besi dengan beragam alat potong.

Sugiono, pria berusia 45 tahun itu akhirnya berhasil di evakuasi dari kamar mandi dengan kloset yang masih menempel di kaki kanannya.

Upaya pemisahan bongkahan kloset dari kaki Sugiono pun dilakukan, mulai dari melumuri sabun sebagai pelicin sampai pemotongan kloset menggunakan gerinda dilakukan, setelah sembilan jam, kaki Sugiono terbebas dari cengkraman Kloset, Sugiono hanya menderita luka kecil akibat jepitan.

_____


Efforts to separate
from the foot of the toilet blocks were performed Sugiono, ranging from smearing soap as a lubricant to the cutting toilet use grinders do, after nine hours, freed from the grip of foot Sugiono Toilets, Sugiono only suffered minor injuries due to pinching.

Prison cartoon

TV cartoon

SEKOLAH AHAD, POTRET DEDIKASI GURU BERJIWA “LILLAHI TA’ALA”

Sudah hampir setahun ini Athifah bersekolah di sekolahan dekat rumah yang dikhususkan untuk anak-anak pra sekolah. Mulanya sekolah ini hanya berkegiatan pada hari Ahad dan hari-hari libur nasional. Sekolah ini didirikan oleh suami istri pencinta pendidikan : bapak Haryadi Tuwo dan ibu Najmiah Manfaluti. Saya dan suami senang Athifah berkegiatan di sekolah ini karena hidup pasangan suami istri ini didedikasikan pada pendidikan, adaTPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Babul Jannah yang mengajarkan anak-anak sekitar mengaji. Mulai dari metode Iqra’, Qur’an  ‘besar’ (tajwid) hingga khatam dan ‘wisuda’. Sebelum wisuda, para santri diharuskan melalui ujian dan setelah lulus diberikan ijazah. Ijazah ini mereka pergunakan sebagai salah satu persyaratan masuk SMP negeri karena SMP negeri di kota Makassar mempersyaratkan para calon siswanya bebas buta aksara al-Qur’an. Biayanya pun tidak besar, paling tinggi hanya Rp. 20.000/anak per bulannya. Itu pun banyak yang nunggak. Sementara jadwal mengaji 5 kali sepekan (setiap hari, kecuali hari Selasa dan Jum’at). Maklum saja, masyarakat sekitar Rappocini lorong 3 ini banyak yang kurang mampu. Padahal ada 5 orang guru yang mengajar di TPA yang memiliki lebih dari 100 orang santri ini. 5 orang guru yang berjiwa lillaahi ta’ala. (Semoga ridha Allah beserta mereka).
Selain TPA untuk anak-anak, yayasan Babul Jannah yang membawahi TPA Babul Jannah ini, juga berinisiatif mengajarkan mengaji bagi para orang dewasa di sekitarnya. Biasanya bertempat di masjid Bani H. Adam Taba yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi TPA (yang juga merupakan kediaman pak Haryadi dan ibu Najmiah). ‘Biaya’-nya lillaahi ta’ala. Benar-benar dari Allah SWT.
Sekolah informal untuk anak-anak pra sekolah yang diikuti 30-an anak ini, tidak berbayar alias gratis. Anak-anak hanya dibiasakan bersedekah setiap masuk sekolah. Rata-rata mereka menyisihkan Rp. 1.000 - Rp. 5000 setiap kali bersekolah. Dana yang terkumpul tidak seberapa dan biasanya digunakan kembali untuk keperluan para siswa. Awalnya ada 2 orang guru lagi selain pak Haryadi dan istrinya yang mengajar di sekolah ini, tetapi tidak berlangsung lama. Sekarang tinggal pak Haryadi, ibu Najmiah, dan anaknya Oda yang mengajari siswa-siswa mungil itu .
Sekarang sekolah ini berkegiatan 4 kali sepekan, pada setiap hari Selasa, Kamis, Jum’at, dan Ahad. Pak Haryadi dan istrinya tengah mengusahakan pengajuan proposal ke dinas Pendidikan setempat agar sekolah ini bisa mengusahakan ijazah TK bagi para siswanya. Kata ibu Najmiah, ada keponakannya mendirikan sekolah serupa ini dan sekarang sudah bisa mengeluarkan ijazah padahal muridnya hanya sepuluh orang. Yah, mudah-mudahan saja ... biaya sekolah TK mahal. Jika hal itu terwujud akan sangat membantu masyarakat sekitar memperoleh ijazah TK bagi anak mereka, karena sekarang banyak SD negeri yang memprioritaskan memilih calon siswa yang ber-ijazah TK ketimbang yang tidak memilikinya. Semoga Allah meridhai-Nya dan memurahkan rezeki orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan ini. Amin yaa Rabbal ‘alamin.
Makassar, 26 Maret 2011