Suatu pagi dengan bete-nya ia memarahi siapa saja yang bersinggungan dengannya.Tak lama kemudian saat kemarahannya mereda, ia mendatangi mama lalu memeluk mama dan mengatakan, "Mama, semua ini salahnya saya".
Sebaliknya, jika menurut ia orang lain yang salah maka orang itu harus meminta maaf padanya. Seperti suatu ketika saat mama dan papa memaksa mengobati matanya dengan obat tetes mata. Dengan sangat terpaksa, papa mengunci tangan dan badannya kemudian mama menetes matanya. Ia marah pada mama, berulang kali ia mengucapkan kalimat ini, "Ini semua salahnya Mama!". Ia bahkan mengadukan mama kepada kakak Affiq yang baru pulang mengaji, "Kakak Affiq, ini semua salahnya Mama!". Kakaknya menjawab dengan bingung, "Apa maksudmu Athifah?". Ia juga mengajukan ancaman seperti, "Mama, tidak usah minta maaf sama saya!", dan: "Mama tidak boleh minta sesuatu sama saya!" (mama sering ikut/minta mencicipi cemilan Athifah). Mama hanya menjawab, "Ya sudah, tidak apa-apa kalau Mama salah .. tapi Athifah juga tidak boleh minta sesuatu sama Mama ya? Kan Mama tidak boleh minta sesuatu sama Athifah...". Athifah menjawab sembari berteriak, "Bukan ... Mama yang tidak boleh minta sesuatu sama saya". Oooo jadi ia tetap boleh minta ini itu ?
Karena merasa sebal mama dan papa bolak-balik menetes matanya dengan paksa, Athifah mulai menggugat Allah. Katanya, "Mama, ini semua salahnya Allah, saya tidak sayang Allah, kenapa sakit mataku belum sembuh? Saya juga sakit kaki!". Wah kalau yang ini harus diluruskan .... Mama menjawab, "Athifah tidak boleh begitu. Allah itu sangat baik, Allah tidak pernah salah. Tadi kan Athifah marah-marah, tidak mau ditetes matanya. Bagaimana mau sembuh kalau begitu? Kalau mau sembuh, orang harus berobat, harus berdo'a juga. Insya Allah nanti Allah sembuhkan".
Ya Allah kuatkan Mama mendidik anak-anaknya, apalagi di saat mereka mulai mempertantakan tentang-Mu. Ridhailah kami ya Rabb ...
19 Januari 2011
No comments:
Post a Comment