Sumber gambar: http://all-about-motherhood.com |
Satu hal yang harus ditanamkan ke dalam diri seorang perempuan yang berniat menjadi ibu adalah: belajar. Jangan hanya melakukan apa yang orang-orang lain lakukan. Jangan hanya berharap ibunda yang mengajari. Mengambil yang positif boleh tetapi buka wawasan, jangan terpaku. Ilmu itu sangat luas, jauh lebih luas daripada yang orang-orang terdekat kita ketahui.
Satu contohnya adalah mengenai persiapan fisik. Sejak masa pra konsepsi (sebelum pembuahan terjadi) saja, ada banyak hal yang perlu diketahui seperti pemeriksaan kesehatan yang meliputi: melacak riwayat kesehatan untuk mengetahui kemungkinan adanya masalah genetis, pemeriksaan panggul untuk memastikan anatomi reproduksi dalam keadaan baik dan mendeteksi adanya gangguan kesehatan, tes-tes kesehatan lain untuk mendeteksi aneka gangguan kesehatan yang berakibat buruk pada kehamilan (pap smear, tes urin, pemeriksaan darah untuk mengetahui kemungkinan diabetes dan hepatitis, pemeriksaan tekanan darah, dan uji fungsi tiroid), dan vaksinasi (seperti rubela, tetanus, dan hepatitis B).
Hal lain yang penting dalam masa pra konsepsi adalah pola hidup sehat. Seperti: memastikan asupan makanan yang kaya gizi (empat sehat lima sempurna termasuk memperhatikan asupan asam folat. WHO mengkampanyekan asupan asam folat yang sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pembuahan ini sebanyak 400 mikrogram/hari. Ini dapat menurunkan resiko bayi lahir dengan cacat bawaan seperti anencephaly atau spina bifida yang merupakan dua bentuk utama cacat bawaan pada jaringan pembuluh saraf).
Selain itu, yang perlu diperhatikan menyangkut pola hidup sehat adalah meminimalkan bahaya lingkungan, olahraga teratur, cukup istirahat, dan menghentikan kebiasaan merokok, konsumsi kafein, dan alkohol.
Selama kehamilan dan selama menyusui hal-hal di atas masih harus menjadi perhatian khusus. Pemeriksaan kesehatan dengan memeriksakan kehamilan secara rutin perlu dilakukan, demikian pula pola hidup sehat. Selain itu perlu dipelajari mengenai stimulasi janin dari luar (melalui sentuhan dan suara), serta masalah-masalah kesehatan yang mungkin saja timbul di setiap trimester kehamilan. Mencari tahu mengenai tahapan perkembangan janin di dalam kandungan juga perlu dilakukan agar rasa syukur semakin meningkat kepada Yang Maha Pencipta. Begitu menakjubkan mengetahui Allah menitipkan kehidupan di dalam rahim. Dengan demikian calon ibu akan semakin telaten menjaga kehamilannya.
Setelah melahirkan, memberikan ASI adalah hal terpenting yang harus dilakukan. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan kepada bayi untuk tumbuh menjadi manusia sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik – demikian dipaparkan Dr. Utami Roesli – seorang dokter yang eksis memperjuangkan agar ibu-ibu di Indonesia mau dan mampu menyusui anaknya.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Kesenjangan zat kekebalan tubuh pada bayi baru lahir bisa hilang dengan pemberian ASI. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar yang berwarna lebih bening) mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit (di antaranya diare).
ASI sangat cocok untuk bayi manusia karena memang diciptakan Allah untuk manusia. Berbagai kandungannya pas untuk bayi manusia sementara susu sapi mengandung zat-zat yang berlebihan bagi tubuh bayi manusia atau malah tidak dibutuhkan oleh bayi manusia (melainkan dibutuhkan oleh bayi sapi).
Zat-zat gizi penting yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi antara lain: taurin (hanya terdapat di ASI, tidak di susu sapi), laktosa (zat hidrat arang utama ASI, hanya sedikit pada susu sapi), dan asam lemak ikatan panjang seperti DHA, AA, omega-3, dan omega-6 (asam lemak utama pada ASI, hanya sedikit pada susu sapi).
Yang tak kalah pentingnya dari kesemua hal di atas adalah: ‘kesehatan’ emosional dan spiritual seorang ibu. Agar dapat mendidik anaknya menjadi anak yang cerdas secara emosional dan spiritual, maka seorang perempuan harus mempersiapkan dirinya. Kedua hal ini penting sebagai modal besar dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dengan beragam perkembangan teknologi termasuk internet yang bisa berdampak besar bagi kehidupan anak-anak di masa mendatang. Sebuah penelitian di barat mengatakan IQ (kecerdasan intelektual) tinggi hanya menyumbang 20% pada kesuksesan kondisi masa depan, sedangkan 80%-nya ditentukan oleh kecerdasan emosional.
Ada 5 wilayah utama kecerdasan emosional: mengenali emosi diri (orang yang memiliki kewaspadaan akan perasaan diri sendiri tidak mudah dikendalikan oleh emosinya sendiri), mengelola dan mengekspresikan emosi (orang yang memiliki kemampuan ini, lebih cepat menguasai perasaan-perasaan negatif yang timbul, dan bangkit kembali ke kehidupan emosi yang normal), memotivasi diri sendiri (orang yang memiliki kemampuan ini lebih tekun dan lebih gigih, sigap mencari solusi kehidupan, tidak mudah menyerah), mengenali emosi orang lain (penelitian pada 1011 anak yang memiliki kemampuan ini merupakan anak yang secara emosional paling mantap. Mereka tergolong paling populer di sekolah, lebih berhasil di sekolah meski IQ rata-rata mereka tidak lebih tinggi dari anak yang kurang mampu membaca pesan non verbal), dan membina hubungan (dalam situasi pergaulan sosial, orang yang memiliki kemampuan ini dikenal sebagai kawan yang menyenangkan, mereka membuat orang di sekitarnya merasa akrab dan aman).
Sumber: http://shallneverthirst.blogspot.com |
Untuk itu seorang ibu harus pula mendalami ajaran spiritual agamanya. Seorang muslimah misalnya, bukan sekadar tahu ibadah secara fiqih tetapi tahu ajaran Islam yang menyangkut akhlakul karimah, mengenai bagaimana berhubungan dengan orang lain dalam koridor Islam. Ia pun harus paham bahwa hal-hal yang menyangkut perbuatan dan sikap juga pada hakikatnya bernilai ibadah.
Maka dari itu para perempuan, belajarlah. Takkan mampu diri menjadi ibu yang baik bagi anak-anak jika tak senantiasa belajar. Sejatinya manusia, belajar dari mana saja, dari siapa saja, dan dari kondisi yang bagaimana saja, karena zaman berkembang, khazanah pengetahuan pun terus bertambah. Belajar tak boleh putus hingga ajal menjemput. Hanya dengan belajar berkesinambunganlah seorang ibu mampu melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya sehingga mereka menjadi orang-orang yang sehat jiwa dan raga yang mampu berdaya guna dan berhasil guna melalui belantara kehidupan pada masanya.
Makassar, 27 Februaari 2012
Tulisan ini diikutkan pada Lomba Blog NuB
Daftar Pustaka:
· Dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI., “Mengenal ASI Eksklusif”, Trubus Agriwidya, 2000
· Seri Ayahbunda: Mengenali Titik-Titik Rawan Kehamilan – Buku pegangan untuk mengatasi masalah seputar kehamilan, Yayasan Aspirasi Pemuda, 2001.
· Seri Ayahbunda, “Mengembangkan Kecerdasan Emosi”, Yayasan Aspirasi Pemuda, 1997.
· Seri Ayahbunda, “Mengembangkan Kecerdasan Emosi”, Yayasan Aspirasi Pemuda, 1997.
Silakan dibaca juga tulisan-tulisan yang lain:
No comments:
Post a Comment