Sudah hampir setahun ini Athifah bersekolah di sekolahan dekat rumah yang dikhususkan untuk anak-anak pra sekolah. Mulanya sekolah ini hanya berkegiatan pada hari Ahad dan hari-hari libur nasional. Sekolah ini didirikan oleh suami istri pencinta pendidikan : bapak Haryadi Tuwo dan ibu Najmiah Manfaluti. Saya dan suami senang Athifah berkegiatan di sekolah ini karena hidup pasangan suami istri ini didedikasikan pada pendidikan, adaTPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Babul Jannah yang mengajarkan anak-anak sekitar mengaji. Mulai dari metode Iqra’, Qur’an ‘besar’ (tajwid) hingga khatam dan ‘wisuda’. Sebelum wisuda, para santri diharuskan melalui ujian dan setelah lulus diberikan ijazah. Ijazah ini mereka pergunakan sebagai salah satu persyaratan masuk SMP negeri karena SMP negeri di kota Makassar mempersyaratkan para calon siswanya bebas buta aksara al-Qur’an. Biayanya pun tidak besar, paling tinggi hanya Rp. 20.000/anak per bulannya. Itu pun banyak yang nunggak. Sementara jadwal mengaji 5 kali sepekan (setiap hari, kecuali hari Selasa dan Jum’at). Maklum saja, masyarakat sekitar Rappocini lorong 3 ini banyak yang kurang mampu. Padahal ada 5 orang guru yang mengajar di TPA yang memiliki lebih dari 100 orang santri ini. 5 orang guru yang berjiwa lillaahi ta’ala. (Semoga ridha Allah beserta mereka).
Selain TPA untuk anak-anak, yayasan Babul Jannah yang membawahi TPA Babul Jannah ini, juga berinisiatif mengajarkan mengaji bagi para orang dewasa di sekitarnya. Biasanya bertempat di masjid Bani H. Adam Taba yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi TPA (yang juga merupakan kediaman pak Haryadi dan ibu Najmiah). ‘Biaya’-nya lillaahi ta’ala. Benar-benar dari Allah SWT.
Sekolah informal untuk anak-anak pra sekolah yang diikuti 30-an anak ini, tidak berbayar alias gratis. Anak-anak hanya dibiasakan bersedekah setiap masuk sekolah. Rata-rata mereka menyisihkan Rp. 1.000 - Rp. 5000 setiap kali bersekolah. Dana yang terkumpul tidak seberapa dan biasanya digunakan kembali untuk keperluan para siswa. Awalnya ada 2 orang guru lagi selain pak Haryadi dan istrinya yang mengajar di sekolah ini, tetapi tidak berlangsung lama. Sekarang tinggal pak Haryadi, ibu Najmiah, dan anaknya Oda yang mengajari siswa-siswa mungil itu .
Sekarang sekolah ini berkegiatan 4 kali sepekan, pada setiap hari Selasa, Kamis, Jum’at, dan Ahad. Pak Haryadi dan istrinya tengah mengusahakan pengajuan proposal ke dinas Pendidikan setempat agar sekolah ini bisa mengusahakan ijazah TK bagi para siswanya. Kata ibu Najmiah, ada keponakannya mendirikan sekolah serupa ini dan sekarang sudah bisa mengeluarkan ijazah padahal muridnya hanya sepuluh orang. Yah, mudah-mudahan saja ... biaya sekolah TK mahal. Jika hal itu terwujud akan sangat membantu masyarakat sekitar memperoleh ijazah TK bagi anak mereka, karena sekarang banyak SD negeri yang memprioritaskan memilih calon siswa yang ber-ijazah TK ketimbang yang tidak memilikinya. Semoga Allah meridhai-Nya dan memurahkan rezeki orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan ini. Amin yaa Rabbal ‘alamin.
Makassar, 26 Maret 2011
No comments:
Post a Comment