“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10)
Kamis, 28 April 2011
Pukul 20.45.
Saya lagi di kamar mandi ketika tiba-tiba terdengar sayup suara sedu-sedan di antara suara tetes-tetes air dari kran. Saya sumbat mulut kran dengan ujung jari telunjuk sambil mempertajam pendengaran. Iya betul, ada suara sedu-sedan. Dari mana suara itu? Apa dari kamar tidur kami?
Bergegas saya keluar dari kamar mandi. Athifah dan Afyad sedang pulas dan tenang di kamar kami. Affiq – si sulung yang penasaran sedang bergegas hendak keluar rumah. Suara itu rupanya berasal dari depan rumah.
Buru-buru saya mengenakan jilbab dan ikut keluar rumah karena tanda tanya besar sedang bertengger di benak saya, minta dijawab. Pagar tetangga depan rumah terbuka lebar, beberapa laki-laki sedang memindah-mindahkan perabot dari dalam rumah ke teras. Ayah dan suami saya ternyata sudah ada di situ. Wah, rumah kosong dong. Ibu sedang ke takziah teman pengajiannya yang meninggal setelah menderita kanker payudara menahun. Praktis hanya Athifah dan Afyad yang sedang tidur ada di dalam rumah. Di jalan terparkir mobil berwarna silver dengan suara sedu sedan yang makin jelas di dalamnya, sambil sesekali mengatakan sesuatu yang kurang jelas. Seisi rumah itu juga menangis. Sebagai manusia biasa yang sedang kehilangan, ada ‘andai-andai’ yang terlintas dalam benak mereka. Ada sedikit sesal yang spontan membuncah di sela-sela tangis. Tapi mereka berusaha tawakal.
Beberapa menit berdiri di depan rumah, barulah jelas bagi saya. Kaisar (7 bulan), cucu dari pak Nur, dari putri keduanya – tetangga depan rumah meninggal, baru-baru saja. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Padahal kemarin dan tadi pagi masih terdengar suaranya, rewel karena demam yang menyerangnya. Kemari pagi saya masih menyapanya ketika pulang dari warung sebelah. Ajal. Siapa yang mengira ia menjemput Kaisar secepat ini. Kaisar yang lucu, putih, dan montok. Sesekali terdengar suara ibunya histeris. Kaisar tadi muntah, sebagian muntahnya masuk kembali ke paru-paru. Tetapi itu hanya sebab karena malaikat maut sudah ditugaskan menjemputnya, malam ini. Setelah tanda tanya besar itu terjawab, saya pun kembali ke rumah.
Malam ini saya menjadi saksi, betapa ‘sabar hari pertama’ sungguh sulit. Pada halaman 60 buku Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 1 koleksi kami, tertera: Dari Anas ra., ia berkata: “Sewaktu Nabi SAW menjumpai seorang wanita sedang menangis di atas kubur, beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan sabarlah!” Wanita itu berkata: “Pergilah dari sini karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami!” Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi. Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kalau itu adalah Nabi SAW. Maka wanita itu segera datang ke rumah Beliau SAW dan ia tidak menjumpai para penjaga pintu, sehingga dengan mudah ia masuk kemudian ia berkata: “Saya tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah Engkau” maka Beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya sabar itu hanyalah pada hari pertama dari musibah itu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lalu pada halaman 61: Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada balasan kecuali surga bagi hamba-Ku yang mukmin, yang telah Aku ambil kembali kekasihnya dari ahli dunia, dan ia hanya mengharap pahala dari-Ku” (HR. Bukhari).
Hingga keesokan harinya saat melayat, ibunda Kaisar masih terpukul. Ia masih menceritakan kebiasaan-kebiasaan Kaisar di sela-sela isak tangisnya. Saya dan para pelayat yang lain ikut terharu. Dengan empati yang sama: pastilah sedih tak terkira ditinggal buah hati. Saya masih menyaksikan, betapa sulit bersabar di saat-saat awal musibah itu datang. Meski tahu ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits mengenai sabar, akankah saya bisa benar-benar sabar jika diberi ujian yang serupa dengan ibunda Kaisar?
Makassar, 30 April 2011
No comments:
Post a Comment