Minyak gosok O**y O*l dari Kalimantan Timur |
Jika tahun 1980-an Rappocini masih termasuk daerah pelosok Makassar. Sekarang tidak lagi. Rappocini sekarang ‘kota banget’, dengan pertumbuhan yang mengagumkan. Lihat saja ruko di sepanjang jalan Rappocini Raya. Dulu jalan ini merupakan daerah pemukiman. Sekarang banyak penduduk di kiri-kanan jalan yang menjual rumahnya lalu kemudian dijadikan ruko oleh pembelinya. Penduduk yang masih mukim di jalan ini pun banyak yang menjadikan sebagian dari pekarangan rumah mereka sebagai tempat bisnis.
Mulai dari pagi hari, jika Anda menyisir jalan Rappocini Raya, Anda akan disuguhi pemandangan tempat sarapan dadakan di mana-mana. Ada nasi kuning, bubur ayam, dan lain-lain. Bukan hanya di sepanjang jalan Rappocini Raya saja. Di dalam lorong pun ada yang menjual makanan khusus untuk sarapan seperti lontong sayur yang dijual warga yang bermukim di lorong 9. Di dekat rumah saya, di lorong 3 ada seorang perempuan paruh baya asal Jawa – mbak Mar namanya piawai membuat songkolo’ (penganan dari beras ketan yang di atasnya ditaburi kelapa sangrai). Ia menjualnya bersama pisang goreng saban pagi di petak kontrakannya yang sekaligus tempatnya berjualan.
Setelah jam sarapan ‘usai’, para penjual makanan khusus sarapan ini mengemasi barang dagangan mereka dan menutup tempat usaha mereka. Kegiatan di jalan ini pun normal seperti biasanya.
Sore hari, ada kesibukan baru lagi di kiri-kanan jalan Rappocini Raya. Para pedagang makanan ‘malam’ bersiap-siap menggelar barang untuk dagangan mereka seperti: nasi goreng, martabak, aneka gorengan, dan lain-lain.
Minyak gosok O**y O*l 'menjemput bola' dengan menggunakan mobil keren |
Hari ini ada yang spesial. Saya kembali menyaksikan penjual minyak gosok melalui mobil keren berwarna abu-abu parkir depan rumah di dalam lorong 3. Melalui pengeras suara, seseorang di dalam mobil ‘memberitahukan’ kepada warga tentang produk yang dijualnya yaitu minyak gosok O**y O*l yang konon berasal dari Kalimantan Timur.
Sudah beberapa kali pedagang bermobil itu berjualan di lorong kami. Kalau tidak salah ingat sejak setahun yang lalu. Ayah saya menjadi salah seorang pelanggannya. Mobil itu tidak rutin datang – tiap bulan misalnya. Sepertinya terakhir ke daerah kami sebelum bulan Ramadhan. Tetapi setiap kali datang, hampir dipastikan pelanggannya sudah kehabisan minyak gosok dan bakal membeli lagi.
Ketika saya tanyakan kepada ayah tentang khasiat minyak gosok tersebut, ayah saya berkata, “Rasanya enak jika kram-kram kemudian diurut memakai minyak itu. Kram-kramnya hilang.” Hmm, boleh juga cara berdagang ‘menjemput bola’ ini. Jika dulu mereka butuh waktu sekitar setengah jam untuk mempromosikan minyak gosok tersebut dengan ‘ngecap’ di lorong kami. Sekarang mereka hanya butuh waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit saja, karena setelah pengumuman via pengeras suara para pelanggan mereka akan keluar dari rumah, membawa botol bekas minyak gosok untuk ditukar-tambah dengan yang baru. Harganya cukup terjangkau, hanya sepuluh ribu rupiah per botol ukuran 100 ml.
Pokoknya, sekarang tinggal di Rappocini walaupun dalam lorong itu enak deh. Apa saja bisa kita dapatkan di sekitar sini. Tinggal menyiapkan uang saja. Bagaimana di tempat Anda?
Makassar, 2 Oktober 2011
No comments:
Post a Comment