Monday, October 10, 2011

Hubungan Antara Subyek Perkasa dan Obyek Penggoda

Percakapan imajiner tentang sebuah masalah nyata:

Tanya   : Ada iklan oli, di situ ada tiga komponen: produk, subyek perkasa berupa laki-laki pengendara motor dan obyek penggoda berupa perempuan berkulit kuning langsat nan mulus yang memperlihatkan belahan dada sekaligus pahanya. Nah, Kamu tahu apa hubungan logis dari ketiganya?
Jawab   : Tidak ada.
T          : Tidak ada? Lha, kenapa diiklankan seolah ketiganya berhubungan secara logis?
J          : Tidak tahu. Hubungannya bukan hubungan logis.
T          : Lantas, hubungan apa dong ?
J          : Hubungan syahwat.
T          : Hubungan syahwat?
J         : Iya. Sebenarnya kasihan juga si subyek perkasa itu. Dan ada yang tak beres dengan si pembuat iklan. Atau malah semuanya tidak beres.
T          : Memangnya kenapa?
J       : Kasihan dong. Laki-laki kan selalu dilambangkan sebagai makhluk yang mengedepankan logika. Pastinya laki-laki tak mau disebut sebagai makhluk yang mengedepankan emosi, tapi bukan berarti juga laki-laki itu makhluk yang tak memiliki rasa/emosi. Banya juga laki-laki yang peka/halus perasaannya. Nah, di iklan itu koq mau mengedepankah syahwat, berarti logikanya dilemahkan dong
.
T          : Kalau si obyek penggoda, bagaimana?
J          : Ya, kasihan juga. Perempuan kan identik dengan makhluk yang mengedepankan rasa/emosi. Bukan berarti tak memiliki logika lho ya. Malah ada perempuan yang lebih logis dari laki-laki. Koq mau di iklan itu diientikkan dengan syahwat, emosi dan logikanya sekaligus dilemahkan.
T          : Apa ada orang yang mau membeli produk yang antar-komponennya tidak memiliki hubungan logis, melainkan syahwat?
J          : Tidak tahu.
T          : Lantas, kalau dalam iklan itu, syahwat dikedepankan. Apakah mereka ehm ... kuat syahwatnya?
J          : Entah. Kau jawablah sendiri
T          : ?!?!?!?!?!?
Makassar, 11 Oktober 2011

No comments:

Post a Comment