Tuesday, March 8, 2011

Menangkap Ikan Gabus Menggunakan Kaki Ayam ?



Adalah hal yang biasa melihat orang menangkap ikan di rawa-rawa di Makassar. Bahkan waktu mahasiswa saya pernah melakukannya. Mulai dari menggunakan jala, pancing, bubu ataupun dengan tangan kosong. Biasanya hal ini dilakukan ketika rawa hampir kering di musim kemarau. 

Tetapi yang dilakukan Daeng Tata hari itu (senin, 07/03/2011) tidaklah biasa, setidaknya bagi saya yang baru pertama kali melihatnya. Saya tidak terlalu tertarik melihat apa yang dilakukan Dg. Tata hari itu ketika melihat dia membawa tangkai pancing sepanjang 2,5 meter, tetapi minat saya berubah ketika melihat di ujung tangkai pancingnya terikat kaki ayam dan ukuran umpannya yang luar biasa karena berupa segumpal besar daging. 

Sepanjang pengetahuan saya umpan biasanya berupa cacing atau udang kecil. Tetapi kaki ayam di ujung tangkai pancing itu, apa gunanya ya? Sayapun mengikuti Dg. Tata menyusuri tepian rawa. Tidak lama Dg. Tata mulai mengais air rawa dengan kaki ayamnya. Agak lama ia melakukan itu. Kemudian ia menyentak tangkai pancingnya. "Datang mi", katanya bersemangat. Maksudnya ikannya sudah ada di sekitar situ. Saya tidak mengerti bagaimana ia tahu, ikannya kan tidak kelihatan? Dan ia pun semakin tekun mengais air rawa disekitar tempat tersebut. Beberapa kali ia menyentakkan tangkai pancingnya. Dg. Tata sempat menegur saya karena berapa pada sisi yang salah. Hm .... Siapa sekarang yang orang udik, Solihin?
Setelah beberapa kali menyentakkan tangkai pancingnya. Akhirnya bersamaan dengan tarikan kesekian seekor ikan gabus seukuran lengan orang dewasa melayang diudara dan mendarat di tepi rawa. Terjadilah kejar-kejaran yang cukup seru karena ikan tersebut sempat terlepas dan masuk kembali ke rawa, tapi Dg. Tata dengan sigap berhasil menangkap kembali sang ikan kali ini dengan tangan kosong.

Ketika saya tanyakan bagaimana caranya menangkap ikan gabus dengan cara itu. Dg. Tata menjelaskan bahwa Pertama Ia harus mencari dulu sarang ikan gabus tersebut. Bagaimana caranya ia tahu kalau disitu ada sarang ikan gabus? "Musti biasa pi" (maksudnya harus pengalaman) "Kita' lihat air itu? Itu anak-anaknya sedang berenang" sambil menunjuk air di rawa ("Di mana?", pikir saya), "Jadi saya ganggu anaknya biar dia marah. Kalau dia marah gampang dipancing. Dia paling ganas kalau anaknya masih seperti rambut atau masih telur. Kalau sudah sebesar kecebong tidak terlalu mi". 

Menurut Dg. Tata, yang tertangkap ini induk ikan betina, jadi yang jantan belum tertangkap. Awalnya saya pikir ia akan berusaha memancing ikan jantan juga. Tapi ternyata Dg. Tata menyudahi pekerjaan memancingnya hari itu dan membiarkan ikan gabus jantan membesarkan anak-anaknya.

Dg. Tata ternyata tidak serakah.

Makassar. 8 Maret 2011
Written by my husband (Solihin Tahir )

No comments:

Post a Comment