Sunday, May 8, 2011

Sekolah Menulis dan Keinginan untuk Diakui

Manusia membutuhkan pengakuan. Ini saya alami sendiri.
            Sebagai seseorang yang sangat introvert, menulis adalah pilihan yang mengasyikkan bagi saya untuk melepas penat dari rutinitas keseharian saya. Awalnya saya tidak percaya diri. Namun kalimat suportif dari suami dan seorang sahabat, bahwa saya punya kemampuan menulis, membuat saya mulai bersemangat menulis mengenai hal-hal yang menarik bagi saya. Saat itu anak saya baru satu. Namanya baru punya anak, apa saja tentang dia menarik untuk ditulis. Mulai dari proses kelahirannya (tahun 2001), setiap suku kata yang berhasil diucapkannya, setiap perkembangan motoriknya, celoteh-celoteh lucunya, hingga hikmah dalam mengasuhnya. Saya juga mencoba mengikuti event-event di majalah/tabloid parenting. Dari sekian event, hanya sekali saya berhasil mendapatkan peringkat – peringkat 2, pada event Catatan Harian Ibu di tabloid Ibu & Anak, pada tahun 2004. Tetapi hal tersebut tidak membuat saya surut, meski hanya satu event yang ‘mengakui’ saya ... toh itu suatu pengakuan yang suportif.
            Blog pertama saya (mugniar.blogspot.com) dibuatkan oleh suami saya pada tahun 2005. Sebagian dari tulisan yang saya buat di dalamnya melalui seleksi suami sebelum dipublikasikan. Dia ‘pengkritik yang tega’, tulisan saya biasanya harus dirombak sebelum akhirnya dipublikasikan. Kala itu kami tidak  memiliki akses internet dari rumah, jadi saya mengisi blog dari warnet sehingga tidak sering-sering diisi. Lama-kelamaan blog itu seperti ‘berkarat’ karena saya sendiri mengalami kesulitan mengaksesnya. Selalu saja ada pesan kesalahan setiap mau log in padahal saya merasa tidak pernah melakukan perubahan apa-apa dengan user name maupun password saya. Akhirnya blog itu terbengkalai begitu saja. Apalagi sehari-harinya, tanpa asisten rumah tangga rutinitas saya padat sekali dengan 3 orang anak dan beragam pekerjaan rumah. Saya pun berhenti menulis.
            Akhir tahun 2010, suami saya membuatkan blog baru (mugniarm.blogspot.com ini). Semua isi blog lama dipindahkan ke sini. Kemudian pada bulan Januari 2011, alhamdulillah kami punya akses internet sendiri dari rumah. Hal itu membuat saya kembali bersemangat menulis. Saya ikut milis-milis (mailing list), salah satunya adalah milis PENULISLEPAS, dengan harapan wawasan saya tentang dunia tulis-menulis bertambah. Saya juga berkelana di dunia maya dan menemukan banyak hal menarik. Salah satunya adalah Sekolah Menulis.
            Wow, ternyata ada sekolah menulis juga! Ini hal baru bagi saya. Sekolah Menulis ini dikelola oleh manajemen Oxford Course Indonesia yang sudah berpengalaman selama 40 tahun. Pilihan kelasnya beragam, ada 8 jenis kelas yang ditawarkan termasuk kelas Free Trial (bagi yang penasaran tapi ingin coba-coba dulu), dan bukan hanya kelas tatap muka, kelas online juga ada. Jadi, siapa saja di seantero Indonesia ini yang ingin serius belajar menulis berkesempatan untuk ‘mengasah’ keyboard komputernya agar menghasilkan tulisan yang bermutu melalui bimbingan para penulis berpengalaman, bahkan bisa langsung menerbitkan buku!
            Seperti layaknya akademi, Sekolah Menulis juga memberikan sertifikat bagi para lulusannya. Bukan sertifikat biasa, melainkan sertifikat yang diakui oleh Departemen Pendidikan Nasional! Sekolah Menulis bahkan berani mempertaruhkan reputasinya dengan ‘garansi uang kembali’ dan ‘layanan seumur hidup’. Benar-benar langkah yang berani. Selain itu, masih banyak keistimewaan lain yang digagas oleh kursus yang mempelopori sekolah menulis online sejak 2007 ini. Mmmmm ... boleh juga tuh ...
Makassar, 8 Mei 2011

No comments:

Post a Comment