Wednesday, December 22, 2010

Ancaman

Salah satu kiat mama dan papa menghadapi Athifah dalam kondisi sulit adalah ancaman, misalnya mengancamnya tidur di kamar belakang sendirian kalo suka ngambek, mengancam pergi tidak mengajak Athifah, mengancam pergi jauh dari rumah, dan sederetan ancaman lain.
Bulan lalu, Athifah terpaksa dirawat inap di rumah sakit karena dehidrasi ringan setelah mencret, muntah, dan malas makan/minum. Rasa tidak nyaman di badan mungilnya juga di tangan yang tertusuk jarum infus membuatnya sering rewel, terlebih lagi di saat ia harus minum obat. Suatu malam, papa yang bertugas ‘jaga malam’ dibuat kewalahan membujuknya minum obat hingga jam 12 malam. Papa mengancam, “Papa mau pergi”. Athifah tidak terbujuk. Papa hampir kehabisan akal, ia bergegas mengganti sarung yang dikenakannya dengan celana panjang. Jitu. Athifah pun mau membuka mulutnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali papa menelepon mama, Athifah mau minum obat paginya dengan mama. Mama menyelesaikan rutinitas pagi lalu bergegas ke rumah sakit. Setelah kangen-kangenan selesai, mama mengambil botol obat dan bersiap menuangkannya ke sendok. Athifah rewel lagi, “Tidak mau minum obat”, katanya. Aneka bujukan dan ancaman mengalir berentet dari mulut mama. Athifah bersikukuh, “Tidak mau”. Mama nyaris kehabisan akal, “Mama pulang saja kalau begitu”. Athifah berkata, “Iya, pulang saja”. Ia menutup rapat mulutnya. Mama mencicipi obat itu sedikit, ya ampun ... pahit ... pantas saja. Tapi bagaimana lagi, Athifah tetap harus minum obat. Mama mengeluarkan ancaman – yang ia sendiri merasa ini jenis ancaman aneh, “Mama hitung ya, sampai sepuluh .... satu .... dua ... tiga ... empat ... li ....”. Athifah menyerah, “Iya iya, saya mau, tapi dipangku sama papa”. Alhamdulillah.
Kuncinya, cobalah segala cara, yang paling aneh sekali pun asal itu tidak bertentangan dengan ajaran agama.
18 Desember 2010

No comments:

Post a Comment