Sepulang sekolah, setelah kegiatan menyeterikan dengan mengenakan kaus kaki di tangan, Affiq masih rajin menyeterika. Kali ini tanpa kaus kaki lagi. Lumayanlah, kerjaan mama berkurang. Namun akhirnya mama menegurnya, keranjingan menyetrika membuat ia jadi tidak belajar padahal ulangan akhir semester genap sudah dekat sekali. “Lebih baik belajar, Nak. Itu yang penting sekarang Kamu lakukan. Affiq sudah cukup membantu Mama. Sekarang belajar. Ayo!”
Dasar Affiq, bukannya berhenti bereksperimen, ia malah mengambil 3 buah celananya dan membawanya ke dalam. Mama menegur, “Eits, mau dibawa ke mana itu?” Affiq menjawab, “Mau dicuci.” Mama berkata, “Tidak perlu, nanti Mama yang kerjakan itu. Tugasmu sekarang belajar karena sudah hampir ulangan umum!” Akhirnya ia memberikan pakaiannya (dengan terpaksa).
Mama pun menyusui Afyad dan akhirnya tertidur.
Rupanya saat mama tidur, Affiq sibuk sendiri. Sore hari saat memasukkan pakaian jemuran , baru mama melihat ada 3 macam pakaian Affiq (yang lain, bukan yang tadi), tergantung dengan posisi ‘seenaknya’ di tali jemuran dalam keadaan basah kuyup. Begitulah Affiq, selalu mencari cara untuk melakukan hal yang sangat ingin ia lakukan. Meski mama atau papa berkata ‘TIDAK’. Sesekali tak mengapa. Tetapi terkadang ia harus diberi pelajaran. Kali ini mama hanya tersenyum melihat buah kekeras-kepalaan sulungnya.
Ternyata pula, saat mama tidur tadi, Affiq masih menyeterika sambil belajar! Ia menggosok, menengok bukunya, menggosok lagi, menengok bukunya lagi. Affiq ... Affiq. Bagaimana bisa belajar kalau begitu caranya. Kamu bukan makhluk multi tasking lho!
Itulah si sulung. Ia bisa dihukum dengan tidak diberi uang jajan selama seminggu atau dua minggu. Ia bahkan pernah memilih dihukum tidak diberi uang jajan selama sebulan. Ia bisa menahan diri dari jenis makanan yang diinginkannya. Tetapi ada dua hal yang bikin dia uring-uringan yaitu: dilarang memakai komputer dan dilarang melakukan hal yang sangat ingin dilakukannya.
Ia pernah minta dibuatkan blog. Mama buatkan tetapi karena dashboard-nya mama yang kelola. Tentu saja menggunakan alamat e-mail mama, ia tak bisa mengaksesnya kapan saja ia mau karena tidak mengetahui password mama. Rupanya tanpa sepengetahuan mama ia membuat blognya sendiri di Blogger, dengan membuat alamat e-mail sendiri sebelumnya di gmail! Waduh, mama tadinya mengira ia tidak bakal bisa membuat blog sendiri karena tidak tahu cara membuat e-mail. Ternyata mama salah.
Ia pernah sibuk sendiri di kamar. Lalu ia mengajak adiknya. Ia melakukan eksperimen, membuat janggut dan kumis palsu menggunakan bekas-bekas tisu basah yang diselotip di bawah bibir dan di dagu.
Ia pernah menggunting-gunting kertas, mengelemnya, membuat untaian seperti rantai kertas yang sangat panjang. Mama bertanya-tanya apa yang hendak dilakukannya dengan itu. Ternyata ia menggantungnya di rel gorden dengan membentuk 3 buah setengah lingkaran yang tergantung horisontal dengan selebihnya menggantung vertikal di sisi kiri dan kanan!
Masih lekat dalam ingatan mama saat Affiq masih berusia 5 – 7 tahun. Gerakan shalat pun tak luput dari eksperimennya. Ia tidak hanya shalat menghadap kiblat. Ia juga shalat menghadap timur, utara, selatan, tenggara, barat daya, timur laut, di atas kursi, di atas meja, sambil melompat, sambil berlari di tempat, tanpa berwudhu, dengan berwudhu, tanpa/dengan sajadah, sampai meminta papa ke masjid-masjid lain selain masjid dekat rumah. Ia pernah dibawa papa ke masjid Raya. Papa sampai kewalahan karena ia harus mengelilingi dulu masjid itu sendiri sebelum pulang ke rumah.
Saat masih kelas 2 SD, ia minta izin mencari daun mangga ke rumah tetangga di lorong (gang) sebelah. Sebenarnya 2 rumah di sebelah kiri rumah ada pohon mangga tetapi ia tidak mau meminta di sana, malu katanya. Alasan aneh. Akhirnya ia pergi, dan membuat mama menangis. Mama saat itu tinggal bertiga dengan Athifah yang masih batita dan Afyad yang masih bayi. Papa, ato’ (kakek), dan oma (nenek) sedang keluar. Satu jam baru Affiq pulang, bagaimana mama tidak menangis menunggunya dengan pikirn kacau. Ke lorong sebelah koq sampai sejam! Mama menelepon papa, untungnya tak lama kemudian Affiq muncul. Menurut pengakuannya, ia memang ke lorong sebelah tetapi butuh waktu lama baginya untuk memberanikan diri meminta daun mangga kepada si empunya pohon mangga.
Masih banyak lagi ulah si sulung ini. Yang bikin mama gemas. Sekarang adalah waktunya belajar untuk menghadapi ulangan umum kenaikan kelas. Rasanya keriting sudah bibir mama memerintahkan : ‘BELAJAR’ padanya. Tetapi jika sedang beralih perhatian mama maka beralih pula ia dengan eksperimen-eksperimen yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolahnya!
Makassar, 10 juni 2011
Tulisan lain yang terkait:
No comments:
Post a Comment