Friday, July 15, 2011

Got Pembawa Petaka

Ini kejadian sewaktu masih kuliah ...
 Seperti biasa, saya naik pete’-pete’ (istilah untuk angkot di Makassar), ke kampus UNHAS. Turun di depan PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa), di sebelah selatan fakultas Teknik, saya menyeberang jalan menuju gedung fakultas.
Tiba di got selebar sekitar 70 sentimeter meter, saya berhenti sejenak. Tidak ada jembatan di situ, untuk memutar, jujur .. saya merasa malas mengambil jalan memutar. Saya ragu-ragu mengukur kemampuan melompat dengan lebar got itu karena saya memakai rok yang agak sempit. Tetapi saya meyakin-yakinkan diri, mengambil ancang-ancang lalu .... hop ... saya melompat. Sukses. Sukses, "selamat" sampai di seberang? Ooo tidak mungkin ... sukses jatuh ke seberang. Lurus badan saya, merapat dengan bumi.

Seorang mahasiswa yang berada dengan jarak 1 meter di depan saya berhenti. Ia menoleh ke arah saya, menawarkan bantuan. Saya berdiri dengan rasa malu, kembali meyakin-yakinkan diri untuk kembali melangkah mantap. Pura-pura cuek. Saya hanya menepis sekedarnya pakaian saya yang pastinya berdebu, lalu melanjutkan perjalanan meski dengan kaki agak gemetar karena jantung berdebar kencang.
Masuk dari sisi selatan gedung fakultas, adalah jurusan Arsitektur. Saya berusaha menengkan langkah. Agak gemetar tapi lumayan kelihatan mantap, saya menyusuri jurusan Arsitektur, menuju tangga ke lantai dua. Naik ke lantai dua, adalah jurusan Mesin. Masih beberapa menit untuk sampai di tempat kuliah saya di lantai tiga, jurusan Elektro.
Saya masih sibuk menenangkan debaran jantung dan getaran langkah kaki melewati jurusan Mesin. Hingga tiba-tiba ada suara yang menyapa saya yang sedang melangkah menunduk, “Niar ... Kamu habis merayap ya?” Saya tersentak kaget. Seketika saya meneliti jilbab hitam dan baju kaus hitam yang saya kenakan dengan rok span berwarna hijau. Alamak ... betapa kumalnya saya ditutupi debu yang lumayan banyak dan sangat kentara di jilbab dan baju saya!
Dengan rasa malu yang memuncak, saya mempercepat langkah gemetar disertai jantung yang berdegup lebih kencang, sambil menepis-nepis debu yang tersebar di pakaian saya, menuju tangga naik ke lantai tiga.
Makassar, 16 Juli 2011

No comments:

Post a Comment