Sebenarnya, gadis mungil Athifah pingiiiin sekali ikut Gerak Jalan Semarak Muharram hari Ahad kemarin. Tapi karena mempertimbangkan kakinya yang sering sakit kalau kecapean, mama dan papa memutuskan untuk membawa motor untuk memboncengkan Athifah selama gerak jalan berlangsung. Maka jdilah papa yang harus mengawal Affiq dan Athifah, membawa Mega Pro-nya beserta anak-anak ke lokasi gerak jalan santai dimulai.
Saat gerak jalan dimulai, Affiq ikut rombongan peserta sementara papa dan Athifah berkendara sepeda motor menyusuri rute yang telah ditentukan.
Namun tiba-tiba motor papa mogok. Papa pun harus mendorong motornya sejauh lebih dari tiga ratus meter dengan Athifah nangkring di atasnya. Athifah yang sejak tadi bertanya tetap melanjutkan pertanyaannya. Baginya, mesin jalan maupun mogok sama-sama menarik karena ia tetap bisa duduk di atas motor yang ‘berjalan’ J.
Tak henti-hentinya ia berujar dan bertanya mengenai hal-hal yang menarik perhatiannya. Di antaranya:
“Kenapa motornya, Papa?” tanya Athifah ketika mesin motor tiba-tiba mati.
“Motornya mogok,” jawab papa.
“Kenapa motornya mogok, Papa?” tanya Athifah saat papa mencoba men-starter motor dengan kick starter berulang kali.
“Karena mesinnya rusak,” jawab papa
“Kenapa mesinnya rusak, Papa?” tanyanya lagi.
“Papa tidak tahu,” jawab papa jujur.
“Kita mau ke mana Papa?” saat papa mendorong motor, mengambil arah balik menuju rumah seorang kerabat yang letaknya dekat dari situ.
“Ke rumahnya tante Nur,” jawab papa.
“Untuk apa kita ke situ?” tanyanya lagi.
“Untuk simpan motor papa dan meminjam motor punya bapaknya Syahril,” jawab papa (yang dimaksud bapaknya Syahril itu suaminya tante Nur)
“Untuk apa simpan motornya Papa?” Athifah bertanya lagi.
“Karena motornya Papa mogok,” jawab papa (berusaha bersabar, papa baru sadar kalau anak perempuannya ini ceriwis sekali).
“Untuk apa pinjam motor bapaknya Syahril?” tanya Athifah, masih penasaran.
“Kan mau ikuti gerak jalan santai,” jawab papa (maksudnya mau bermotor, mengikuti para peserta gerak jalan santai sambil mengawasi si kakak Affiq).
“Papa, kenapa Papa tahu orang gerak jalan lewat sini?” tanya Athifah saat ia dan papa mengendarai motor bapaknya Syahril.
“Karena Papa sudah tanya sama panitianya,” jawab papa.
Saat mengenali jalan-jalan yang dilalui, nona mungil ini berseru dengan antusias. Ia menghubung-hubungkan hal-hal yang dilihatnya di jalan-jalan itu dengan ingatannya. Ia pun tak berhenti bertanya. Energi verbalnya benar-benar luar biasa J. Setelah rangkaian acara kegiatan gerak jalan berakhir, ia pulang ke rumah dengan perasaan senang karena telah mendapatkan banyak pengalaman baru.
Tak dapat menahan tawa, papa menceritakan pengalamannya dengan Athifah kepada mama. Mendorong motor tanpa penumpang saja sudah berat dan lumayan melelahkan, kali ini harus mendorong dengan Athifah di atasnya. Selain itu, mendorong motor tanpa bercakap-cakap sepatah kata pun juga sudah demikian melelahkan, ini papa harus mendorong motor sambil meladeni segala ocehan putri mungilnya. Namun demikian, papa senang punya banyak waktu berdua di luar rumah bersama Athifah hari ini.
Makassar, 28 November 2011
Papa tak bisa mengingat semua pertanyaan Athifah, seandainya bisa tulisan ini bisa berlembar-lembar. Kali ini papa baru benar-benar merasakan pengalaman ‘bersilat lidah’ dengan nona mungil ini J.
No comments:
Post a Comment