Satu kegemaran saya adalah menonton acara Reality Show. Menarik bagi saya mengamati reaksi spontan orang-orang yang terlibat di acara-acara itu. Menarik bagi saya bisa memperoleh hal-hal yang bisa saya pelajari dari tayangan-tayangan tersebut.
The Biggest Loser yang ditayangkan bulan April lalu di Global TV menjadi salah satu favorit saya. Delapan tim yang terdiri atas orang-orang berbobot super berat berkompetisi selama 3 bulan dalam hal menurunkan berat badan. Awalnya mereka orang-orang yang pesimis, tersisih dari lingkungan sosial, penyakitan, malas berolahraga dan kehilangan kendali diri pada hasrat pemenuhan nafsu makan, bisa menjadi orang-orang yang optimis, populer, sehat, rajin berolahraga, dan berdisiplin diri tinggi dalam mengendalikan nafsu makan. Menarik menyaksikan transformasi mereka menjadi positif. Betapa genjotan pelatih fisik yang membuat mereka memeras keringat, muntah, dan pingsan tidak menyurutkan semangat mereka, betapa pengurangan lemak pon per pon dari tubuh, sangat berarti bagi mereka.
Hal lain yang menarik bagi saya adalah menyimak ikatan hati di antara anggota dalam satu tim. Setiap tim beranggotakan dua orang. Delapan tim ini terdiri atas 4 tim yang anggotanya memiliki hubungan orangtua-anak, dan 4 tim lainnya beranggotakan orang-orang yang memiliki hubungan suami-istri. Menarik menyaksikan ikatan hati antara mereka yang merupakan salah satu modal bagi mereka untuk bertahan dan berjuang dalam kompetisi ini.
Setiap minggu, ada saja peserta kompetisi yang dieliminasi. Saya terpesona saat menonton episode yang menayangkan proses eliminasi Phil. Amy, istrinya sudah lebih dulu dieliminasi. Ketika beberapa minggu kemudian Phil tereliminasi, ia mempersiapkan kepulangannya dengan membeli cincin untuk istrinya dan membuat janji dengan istrinya dan beberapa orang keluarganya di suatu tempat yang ternyata merupakan tempat ia melamar Amy 20 tahun yang lalu. Yang membuat saya terpesona campur haru adalah, Phil gugup, seperti gugupnya ia 20 tahun yang lalu katanya! Ia pun mengulang adegan yang 20 tahun sebelumnya ia lakoni: berlutut melamar Amy … Wow, pikir saya, “Berapa banyak orang bisa merekonstruksi perasaan seperti itu setelah 20 tahun?” …
Begitu pun kuatnya ikatan hati antara pasangan Ed dan Heba. Tak disangka, mereka harus memperebutkan posisi finalis ketiga. Untuk itu, mereka harus berkampanye pada rakyat Amerika yang akan memberikan suara pada mereka. Alih-alih mengkampanyekan dirinya, Ed malah berkampanye untuk istrinya Heba, “Pilih Heba”, katanya. Ed rela melakukan apa saja untuk Heba. Tetapi rakyat Amerika menentukan, suara terbanyak memilih Ed.
Akhir April dan awal bulan Mei 2010, acara Kick Andy di Metro TV, dua minggu berturut-turut menayangkan episode pasangan-pasangan suami-istri tangguh. Cerita kehidupan para istri yang memiliki suami dengan keterbatasan fisik – ada yang tuna netra, lumpuh, tuna wicara, ditayangkan terlebih dahulu. Setelah itu cerita kehidupan para suami yang memiliki istri dengan keterbatasan fisik – ada yang tuna netra, cacat kaki, bertubuh super mini,pengidap lupus yang sudah 8 kali operasi otak, kehilangan 95% penglihatan sekaligus rahim, bahkan ada yang memiliki keterbelakangan mental. Menarik menyimak cerita kehidupan mereka, betapa cinta di antara mereka sedemikian bermakna batiniah bukan lahiriah. Di antara mereka ada yang sudah menjalani pernikahan di atas 10 tahun, 15 tahun, bahkan ada yang sudah 20 tahun, dan ikatan cinta mereka semakin bermakna seiring batin mereka yang semakin kaya. Bahkan wajah-wajah mereka memancarkan aura yang menentramkan mata yang memandang. Aura yang terpancar dari hati yang telah berdamai dengan penderitaan hidup. Di mana bilangan waktu yang mereka lalui sudah menepis jauh istilah ‘penderitaan’, berganti menjadi ‘hikmah’ karena keyakinan mereka kepada Tuhan sudah sedemikian kuatnya. Wow ….
Lalu, di bilangan sebelas tahun pernikahan kita suamiku, seberapa besar ikatan hati itu ? Mmm, semoga semakin besar bagimu ya ? Karena bagi saya, setelah menemukan sebagian diriku padamu, bidadari surga yang dijanjikan Allah untuk orang-orang beriman pun telah membuatku cemburu. Jangan sampai ia rebut tempatku di akhirat sana jikalau Allah mengizinkan kita mendapat tempat yang indah di sisi-NYA. Jangan sampai ia rebut tempatku, di akhirat pun saya bakal cemburu! Eh, tapi pernyataanku ini jangan membuatmu besar kepala ya ? Sebaliknya, jangan sampai tempatmu di akhirat digantikan oleh makhluk suci-NYA ….
Makassar, 6 Mei 2010
No comments:
Post a Comment