‘Menikah’ masuk dalam kosa kata Athifah (4 tahun) sejak setahun yang lalu. Ia tahu mama menikah dengan papa, mama adalah istri papa, dan sebaliknya papa adalah suami mama. Ia tahu oma menikah dengan ato’. Namanya anak-anak, hubungan ini masih sulit dinalar olehnya. Ia masih sering bertanya, “Papa itu istrinya mama?”, atau “Mama masih lama menikah dengan papa?” atau “Oma belum menikah dengan ato’?”.
Suatu hari ia mengemukakan ide ini, “Mama, nanti saya menikah dengan guruku”. Guru yang ia maksud adalah pak ustadz yang mengajarinya di program pendidikan pra sekolah di TPA dekat rumah. Mama menjawab, “Jangan, gurumu sudah punya istri, nanti istrinya marah”.
Athifah: “Jadi, sama siapa saya menikah? Dengan kakak Affiq?”
Mama: “Tidak boleh menikah dengan kakak sendiri”.
Athifah: “Jadi, dengan siapa saya menikah nanti?”
Mama: “Dengan jodohnya Athifah, nanti Allah yang tunjukkan jodohnya Athifah”.
Athifah: “Oooo ... nanti Allah yang tunjukkan jodohku ya?”
Mama: “Iya....”.
18 Desember 2010
No comments:
Post a Comment