Seperti juga anak-anak perempuan lain, Athifah (4 tahun) suka mematut-matut dirinya di cermin atau berdandan supaya kelihatan cantik. Jika ia bersisir, ia menyisir rambutnya dari samping ke depan atau dari belakang ke depan, so pasti hasilnya acak-acakan. Tetapi tidak menurutnya. Ia memberikan mama satu pertanyaan tertutup menyangkut hal ini: “Bagaimana Ma, keren, kan ?”.
Suatu hari ia, saat mama sedang asyik dengan komputer ia bertanya, “Papa sudah minta izin sama Mama?” (maksudnya adalah menanyakan apakah mama sudah meminta izin pada papa untuk menggunakan komputer karena ia dan kakak Affiq harus minta izin dahulu pada papa sebelum menggunakannya). Mama menjawab, “Sudah, Mama sudah minta izin sama Papa”. Athifah kemudian asyik hilir-mudik, lalu-lalang ke sana ke mari di sekitar mama sambil mengepit tas berbentuk boneka kepala beruang. Lalu ia berkata, “Mama, saya pergi cukur dulu ya ...”. Mama yang menyangka Athifah sedang bermain peran spontan menjawab, “Iya”. Athifah pamit, “Daag”. Mama : “Daag”. Satu jam kemudian mama melihat ada potongan rambut di lantai kamar di dekat meja rias. Ya ampun, ternyata ia betul-betul bercukur dan tempat cukurnya ternyata tidak jauh. Mama buru-buru memeriksa rambut Athifah, pada sisi kiri dan atas kepalanya ada potongan rambut model baru: “Trap Acakadul” ......
Baru-baru ini, ia menyapa mama yang sedang membaca, “Mama, saya sudah berubah menjadi nona cantik”. Mama menoleh. Athifah tersenyum lebar. Mama pun tersenyum. Athifah mengenakan semua koleksi tasbih mama dan papa di tubuhnya. Satu tasbih melingkar di kepalanya, pada masing-masing lengan melingkar satu tasbih, dan beberapa tasbih sisanya dikalungkan di lehernya. “Bagaimana Ma, Saya cantik kan?”, tanya Athifah. “Iya”, jawab mama. “Ada yang kurang?”, tanyanya lagi. “Tidak ada”, jawab mama. “Kelebihan malah, Nak”, mama membatin sambil tetap tersenyum.
19 Desember 2010
No comments:
Post a Comment