Ilmuwan menyebutkan, pesawat ruang angkasa milik Amerika Serikat dan Eropa berhasil mengumpulkan bukti-bukti kuat bahwa ada samudera luas berair asin di bawah permukaan Enceladus, bulan milik planet Saturnus.
Sampel dari lontaran es yang menyembur dari permukaan bulan itu berhasil dikumpulkan oleh sensor Cosmic Dust Analyzer, saat pesawat ruang angkasa Cassini melintas di sana. Cassini-Huygens sendiri merupakan misi gabungan antara NASA, ESA, dan Italian Space Agency.
Menurut peneliti, semburan tersebut muncul dari retakan di permukaan yang membeku Enceladus, tepatnya di kawasan sekitar kutub selatan.
“Saat ini tidak ada cara yang memungkinkan untuk menghasilkan semburan butir-butir yang kaya akan garam dari es yang padat di kawasan tersebut. Kecual dari samudera bergaram yang ada di bawah permukaan Enceladus,” kata Frank Postberg, peneliti dari University of Germany, 23 Juni 2011.
Partikel yang kaya akan garam itu juga memiliki komposisi yang mengindikasikan bahwa ia muncul akibat penguapan air asin, bukan dari permukaan membeku milik bulan itu.
Peneliti yakin bahwa kemungkinan, 80 kilometer di bawah permukaan Enceladus, terdapat lapisan air. Lapisan air tersebut terletak di antara permukaan bulan yang membeku dan inti bulan yang berbatu. Air itu tidak ikut membeku karena terjaga oleh kekuatan gravitasi dari planet Saturnus dan bulan-bulan lain yang ada di sekitar Enceladus.
“Enceladus merupakan bulan kecil mengandung es yang berlokasi di kawasan luas sistem tata surya di mana air dalam bentuk cair diperkirakan bisa hadir karena jauhnya jarak dari Matahari,” kata Nicolas Altobelli, ilmuwan dari ESA.
Temuan ini, kata Altobelli, merupakan temuan yang sangat penting dan merupakan bukti yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan tertentu bisa memungkinkan adanya kehidupan di planet beku yang mengorbit planet gas raksasa.
Sampel dari lontaran es yang menyembur dari permukaan bulan itu berhasil dikumpulkan oleh sensor Cosmic Dust Analyzer, saat pesawat ruang angkasa Cassini melintas di sana. Cassini-Huygens sendiri merupakan misi gabungan antara NASA, ESA, dan Italian Space Agency.
Menurut peneliti, semburan tersebut muncul dari retakan di permukaan yang membeku Enceladus, tepatnya di kawasan sekitar kutub selatan.
“Saat ini tidak ada cara yang memungkinkan untuk menghasilkan semburan butir-butir yang kaya akan garam dari es yang padat di kawasan tersebut. Kecual dari samudera bergaram yang ada di bawah permukaan Enceladus,” kata Frank Postberg, peneliti dari University of Germany, 23 Juni 2011.
Partikel yang kaya akan garam itu juga memiliki komposisi yang mengindikasikan bahwa ia muncul akibat penguapan air asin, bukan dari permukaan membeku milik bulan itu.
Peneliti yakin bahwa kemungkinan, 80 kilometer di bawah permukaan Enceladus, terdapat lapisan air. Lapisan air tersebut terletak di antara permukaan bulan yang membeku dan inti bulan yang berbatu. Air itu tidak ikut membeku karena terjaga oleh kekuatan gravitasi dari planet Saturnus dan bulan-bulan lain yang ada di sekitar Enceladus.
“Enceladus merupakan bulan kecil mengandung es yang berlokasi di kawasan luas sistem tata surya di mana air dalam bentuk cair diperkirakan bisa hadir karena jauhnya jarak dari Matahari,” kata Nicolas Altobelli, ilmuwan dari ESA.
Temuan ini, kata Altobelli, merupakan temuan yang sangat penting dan merupakan bukti yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan tertentu bisa memungkinkan adanya kehidupan di planet beku yang mengorbit planet gas raksasa.
No comments:
Post a Comment