Di dunia maya, hingga hari ini hati saya belajar banyak.
Bahwa ternyata berkawan di dunia maya bukan hanya sekedar membunuh waktu. Bahwa ada banyak hal yang bisa diperoleh di sana jika kita memang serius hendak belajar memaknai hidup.
Dan hari ini, hati saya masih belajar. Banyak ...
Tentang duka seorang sahabat baru yang saking laranya terpaksa ia tuliskan di status FB. Sehingga dengan demikian ada sahabat-sahabat maya yang meraihnya, merangkulnya, membisikkan kata-kata semangat untuk memotivasinya supaya ia kuat. Dan ia merasa kuat meski entah telah berapa kotak tisu telah terpakai untuk menyusut air matanya. Hati saya tergetar merasakan dukanya. Dan pula merasakan terhiburnya kala sahabat-sahabat dunia maya membuatnya tersenyum meski sesaat karena di dunia nyata duka itu akan hadir kembali. Hati saya belajar bersyukur tak mendapat duka seperti lara yang ia derita.
Hati saya pun tersentuh oleh tulisan seorang sahabat di notes FB-nya tentang apresiasinya kepada pegawai pos yang meminta maaf atas pelayanan jasa pos yang kurang berkenan yang diterima sahabat saya. Sahabat ini menangkap satu hal langka yang patut dihargai yaitu permintaan maaf atas suatu kekurangan dan usaha memperbaiki ketidaknyamanan padahal pelayanan yang kurang memuaskan itu bukan ia yang perbuat melainkan sistem kerja perusahaan yang masih belum terkoordinasi. Tak banyak orang mengapresiasi hal ini, kecuali orang-orang yang hatinya cukup bening untuk menangkap hal yang tersirat.
Hari ini, hati saya juga belajar banyak. Tentang jalinan hati dalam satu grup kecil di FB. Yang begitu kuat antara para anggota yang tersebar seantero Indonesia. Mereka saling menghibur dengan puisi-puisi yang terangkai indah. Salah satu anggota termuda mereka sakit karena baru saja menjadi korban tabrak lari, mereka saling menguatkan. Dengan kata-kata semangat dan juga foto. Seakan mereka tinggal satu rumah. Ada figur ibu, kakak, dan adik di sana. Saya mampir, mengetuk pintu dan menyapa mereka juga menyatakan kekaguman, rasa salut, dan kesyukuran saya menyaksikan keakraban yang tak terbatas ruang itu. Mereka menyambut saya dengan hangat, mengajak saya mengobrol.
Di tempat lain, ada pula grup kecil yang bercengkerama dengan hangat. Menyapa saya dengan sebutan “Kak” padahal banyak di antara mereka usianya jauh lebih muda dari saya. Membuat saya merasa jauh lebih muda dan semangat berada di antara mereka.
Juga di suatu tempat, hati saya belajar banyak.
Tentang keakraban yang tak terbatas waktu dan jarak. Di antara para pengemban amanah, yaitu para ibu yang punya semangat juang dalam hidup dan juga semangat menulis yang tinggi. Kami saling berbagi berita, kisah, dan derita, bukan keluhan. Kami saling menguatkan, bukan menjatuhkan. Padahal dari 2000-an di antara kami, sebagian besar saling tak kenal di dunia nyata. Senang ada yang menyebut istilah semisal multi tasking, koleris, plegmatis, venus, dan mars di sini. Karena di dunia nyata, tak banyak kaum saya yang bisa saya ajak berbincang tentang ini.
Atau di tempat lain, masih di dunia maya. Ada interseksi dunia saya dengan para blogger yang senang menuliskan apa saja dengan hati. Ada komunitas blogger yang beranggotakan 4000-an orang, ada pula komunitas yang lingkupnya lebih kecil. Yang kesemuanya senang menulis dengan hati. Melengkapi pembelajaran hati saya.
Pada diri kawan-kawan dunia maya ini, hati saya belajar banyak.
Saat menyaksikan kisah para petarung kehidupan, tentang pemuda-pemuda sederhana yang berjuang di kerasnya kehidupan untuk merebut perbaikan nasib di masa depan, atau kerinduan mengarungi bahtera rumah tangga dengan perempuan shalihah demi melengkapi setengah agamanya. Juga tentang seorang “single mom” yang menjadi petarung tunggal bagi putra-putrinya sejak ia didepak oleh belahan hatinya dan dibiarkan tanpa nafkah. Tentang ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ yang mengajar teman-teman kecilnya dengan sepenuh hati, saya tertarik membaca kisah-kisahnya yang mampu mengenali karakter unik bakal potensi anak-anak balita itu karena tak banyak orang yang seprofesi dengannya mampu menalar hal demikian.
Ada pula kisah tentang ikatan hati yang terpancar dari puisi seorang istri tentang suaminya yang membuat saya tergetar karena kemampuannya dalam menangkap makna romantisme dalam perlakuan belahan jiwanya kepadanya sementara di dunia nyata kebanyakan perempuan menuntut pasangannya beromantis versi mereka. Saya setuju dengannya, romantisme bukan tuntutan, ia adalah kemampuan menangkap sinyal-sinyal kasih dari pasangan dengan cara mereka sendiri yang unik, yang tak boleh didikte.
Kata seorang kerabat, ”Berteman dengan orang-orang tak dikenal di FB lebih mendatangkan mudharat daripada manfaat.” Tetapi ternyata tidak demikian yang saya dapatkan. Kawan-kawan maya saya lebih banyak tak saya kenal di dunia nyata tetapi saya banyak mendapatkan manfaat dari mereka karena yang mempertemukan kami di dunia ini adalah satu minat yang sama. Minat yang sangat positif, yaitu menulis dengan hati. Semuanya berpulang kepada niat. Mau dibawa ke mana pergaulan di dunia ini. Minat yang positif tentu saja akan mendatangkan hal yang positif dan juga kawan-kawan yang beraura ‘positif’, minat yang negatif tentu saja menghasilkan hal yang juga negatif serta kawan-kawan yang beraura negatif.
Terima kasih kawan-kawan baru dunia maya (yang tak mungkin saya sebutkan namanya satu per satu) atas segala manfaat bagi hatiku J
Makassar, 9 Juli 2011
No comments:
Post a Comment