Wednesday, December 14, 2011

Melebihkan Atau Menjelekkan?

         “Tentang pilihan metode, mungkin diceritakan keunggulannya aja ya, tanpa menyampaikan point negatif metode lain. Jangan sampe seolah tampak lebih baik.” Sejenak saya tertegun membaca kritik mbak Linda – seorang kawan di sebuah grup menulis, mengenai tulisan saya[i]. Ada juga kawan lain yang memberi kritik seperti itu. Inilah bagusnya kalau tulisan kita langsung ‘ditayangkan’ dan dibedah beramai-ramai. Jadi bisa menggeser sudut pandang subyektif milik pribadi, mencoba melihat sudut pandang orang lain, menerima kritik, jujur mengakui kekurangan pada tulisan kita, dan berusaha memperbaikinya.

            Saya jadi ingat kesebalan saya melihat iklan minuman bersoda yang menjelek-jelekkan produsen minuman bersoda yang lain. Saya juga teringat promosi tenaga-tenaga marketing perusahaan-perusahaan makanan kesehatan yang mengangkat kelebihan produknya dengan menjelek-jelekkan perusahaan saingannya. Lalu beberapa sales promotion girl pun tiba-tiba muncul di benak saya saat mereka mengiklankan susu anak-anak dan susu berkalsium tinggi untuk orang dewasa, dengan cara tidak simpatik: menyebut-nyebut kejelekan produk lain (menurut mereka) secara berlebihan. Terus terang, saya sebal dengan promosi macam begini.
            Bahkan ada pula ‘fatwa’ mengenai keabsahan sesuatu sistem/produk yang terlalu menjelek-jelekkan sesuatu dengan cara yang tidak proposional. Mereka membuat pernyataan dengan cara menyerang sistem/produk itu sementara pengetahuan mereka tentang sistem/produk itu teramat-sangat minim.
            Terkadang kalau kita mengecek dan mericek lagi informasi yang mereka sampaikan, kedapatanlah bahwa sebenarnya apa yang mereka sampaikan itu tidak betul-betul akurat karena minimnya ilmu mereka mengenai hal yang mereka kritisi, malah ada yang kedapatan over claimed (mengklaim produknya secara berlebihan), berdusta, melakukan persaksian palsu (karena keminiman ilmu membuat orang menjadi bersaksi palsu tentang sesuatu) dan  ‘salah tuduh’.
            Okelah, kita mungkin ahli dalam sebagian hal atau dalam ilmu tertentu. Tapi kita kan tidak menguasai semua hal atau semua ilmu? (kita pun tak mungkin menguasai semuanya). Maka layakkan kita menjelek-jelekkan hal/sistem/produk lain? Memangnya kita siapa – wakil Allah? Hati-hati, di akhirat sana kita bisa dikenai ‘hukum Allah’ mengenai tuduhan yang salah sasaran  itu.
            Hei .. peringatan ini untuk diri saya juga. Saya mungkin saja sudah beberapa kali melakukannya dan saya pun melakukannya melalui tulisan itu. Saya melakukan apa yang sebenarnya tidak saya sukai. Untunglah masih ada kesempatan memperbaikinya. Hei .... istighfar dulu dong.
            Astaghfirullah hal ‘azhiimalladzi laa ilaahuwal hayyul qayyuumu wa atubu ilaih.
            “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.”  (Q. S. Al Hajj: 30)           
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Q. S. Qaaf: 18)           
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik[ii] membawa sebuah berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q. S. Al Hujuraat: 6).
Makassar, 14 Desember 2011



[i] Tulisan saya itu sedang diikutkan audisi, jika lolos insya Allah akan dibukukan. Jadi harap jangan bertanya tulisan apa itu yah... Mudah-mudahan lolos, ntar mengenai bukunya saya posting  di sini J

No comments:

Post a Comment