Wednesday, December 21, 2011

Perjalanan Menuju Trans Studio

Trans Studio

         Akhirnya kesampaian juga membawa Athifah ke Trans Studio. Dua tiket hadiah lomba bertema ‘Makassar Tidak Kasar’ yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Anging Mammiri bersama Blogdetik itu sudah ada di tangan saya sejak tanggal 10 Desember kemarin, diserahkan oleh ketua Anging Mammiri - Ipul Dg. Gassing di kantor Kosh Mediatama yang letaknya tak jauh dari rumah.
            Saya memang berencana memilih hari kerja untuk membawa Athifah karena di hari-hari kerja – menurut keterangan yang tertera di tiket, kami boleh memasuki area mana saja di dalam Trans Studio. Berbeda jika hari Sabtu dan Ahad. Pada week end, kami hanya boleh memainkan lima belas permainan.

            Tak ada satu pun di rumah yang sudah pernah ke Trans Studio sehingga saya tak tahu jika saya memilih hari Sabtu atau Ahad, apakah saya boleh memilih lima belas macam permainan yang disukai atau tidak. Jika tidak, kasihan Athifah karena di usianya yang baru lima tahun, pasti tak semua permainan boleh dimainkannya. Mana tahu kelima belas permainan itu ditentukan oleh pihak Trans Studio?
            Alhamdulillah tanggal 20 kemarin hari terlihat cerah. Saya pun bersiap-siap dan menjemput Athifah di sekolahnya untuk pulang lebih awal. Tiba-tiba rintik hujan turun. Tak lama kemudian berhenti. Maka melajulah saya, Athifah dan Affiq beserta suami saya di atas Mega Pro butut kesayangan.
            Affiq diturunkan di sekolahnya. Saya dan Athifah menunggu sementara suami saya mengurus suatu urusan di kantor kepala sekolah. Hujan seperti hendak menguji tekad kami ke Trans Studio, kembali gerimisnya membasahi bumi.
            Kami bertiga melanjutkan perjalanan. Gerimis tak terasa di atas laju kendaraan kami. Namun memasuki jalan Andi Mappanyukki, hujan menurunkan ‘bala tentara’-nya lebih banyak lagi membuat kami harus menepi mencari perlindungan.
            Beruntung laboratorium Nur Bhakti Husada sudah dekat, kami pun berteduh di eks kantor ibu saya itu. Saat hujan berhenti, kami meneruskan perjalanan. Here we are Trans Studio ...
Selamat datang di Tanjung Bunga
            Memasuki jalan ke arah Tanjung Bunga (Tanjung Bunga adalah wilayah di mana Trans Studio berada),  kami disambut pemandangan pantai dan rawa-rawa. Selain itu ada pula beberapa gedung bertingkat di sini seperti CCC, sebuah gedung bertingkat yang sedang dibangun, beberapa unit rumah susun, dan di ujung sana ada dua mal besar, bank, dan beberapa perumahan. Inilah daerah ‘mercu suar’ Makassar. Mudah-mudahan tanah rawa timbunan itu sanggup menahan bobot semua yang ada di atasnya hingga bertahun-tahun mendatang.
            Jalanan panjang itu sudah lebih dari dua kilometer dilalui namun kami masih harus ‘meraba-raba’ di mana gerangankah si Trans Studio ini berdiri. Saat sudah menemukan tulisan bertuliskan ‘Trans Studio’, kami masih harus mengira-ngira di manakah jalan masuk (pintu gerbang)-nya. Begitu sampai di lapangan parkir yang sudah disesaki banyak motor, kami sekali lagi harus menebak di manakah pintu masuk gedung megah yang terletak di sebelah kanan gedung bank Mega itu.
Jalan panjang menuju Trans Studio
Tambak warga
Jalan yang basah, habis hujan
Deretan rumah susun
Masih pemandangan tambak
Sisi lain 'mercu suar' Tanjung Bunga:
pemukiman sederhana warga nun di sana
Akhirnya kelihatan juga gerbangnya Trans Studio
Wow .. megah nian gedung Trans Studio ini ^_^
          Beruntung ada seorang bapak – pegawai bank Mega yang baru turun dari motornya. Ia memberitahukan pintu sisi sebelah mana yang sebaiknya kami masuki. Setelah menaiki banyak anak tangga, kami tiba juga di pintu masuk gedung yang ternyata mal itu. Pada satpam yang bertugas di situ saya kembali menanyakan arah ke mana yang harus saya lewati untuk mengakses Trans Studio.
            Daaaan ... setelah melalui atrium dengan beberapa kolam air mancur di tengahnya dan beberapa toko berjejer di kiri dan kanannya, tibalah kami di jalur masuk antrian Trans Studio. Dua orang petugas memeriksa tiket kami. Sambil tersenyum petugas yang perempuan berkata, “Voucher-nya kami pegang, Ibu tinggal masuk saja. Di dalam Ibu bebas bermain apa saja.”
            Bermain? Hmmm ... saya tak yakin hendak bermain.
            Saya memang penasaran dengan Trans Studio yang fenomenal ini, tetapi saya sama sekali tak punya keinginan untuk bermain. Saya berterimakasih sekali kepada Anging Mammiri dan Blogdetik yang menghadiahi dua tiket sehingga bisa membawa anak saya. Yang saya harapkan, saya bisa menyenangkan putri mungil saya di sini. Kakaknya sudah pernah ke tempat ini bersama rombongan sekolahnya, kini giliran ia yang bersenang-senang di sini.
            Suami saya pamit pulang, ia harus mengajar siang itu.
            Waktu menunjukkan kurang lima belas menit pukul dua belas siang.
            Here We are Trans Studio .....

Tulisan ini masih ada lanjutannya lho ...... J
Makassar, 21 Desember 2011

Baca juga tulisan-tulisan ini yaa ...

No comments:

Post a Comment