Friday, December 16, 2011

Yang Tak Terlupa di SMP 6 Makassar

           Sewaktu melihat tawaran mengerjakan ‘PR Blog’ ini di komentar mbak Nuraini Fa di sebuah tulisan saya. Saya bersedia saja. Soalnya saya belum pernah menulis tentang pengalaman SMP. Saya berkunjung balik ke blog mbak Nuraini dan meninggalkan komentar mengenai kesediaan saya dengan menambahkan ‘tidak perlu buru-buru kan mbak?’. Soalnya saya sedang mengerjakan beberapa tulisan yang akan diikutkan lomba dan harus terus menulis untuk kelangsungan blog, juga mengerjakan segala urusan ‘domestik’.
            Jadilah tulisan mengenai pengalaman SMP baru saya tulis sekarang. Jangan-jangan sudah basi ya? Saya lihat blog-blog lain sudah tidak ada yang menuliskan ini. Tidak apa-apa. Tak ada ide yang basi bagi saya. Segala hal yang baru dituliskan tetap saja fresh kecuali jika yang dituliskan itu hasil plagiat. Lagipula pengalaman SMP masing-masing orang kan berbeda (apa ada dua orang yang punya pengalaman SMP persis sama?), tidak mungkinlah sampai ada yang menuduh saya plagiator jika saya baru menayangkannya sekarang. Betul, tidak?

            Oke .. begini ceritanya ...
            NEM saya waktu SD – alhamdulillah memungkinkan saya untuk lulus ‘murni’ (saya pakai istilah ini karena ada yang tak ‘murni’) di sebuah SMP negeri favorit di Makassar – SMPN 6. SMP ini terletak di jalan Ahmad Yani Makassar, dekat dengan lapangan Karebosi, kantor wali kota, dan sekolah Nusantara dan Athirah. Juga tidak begitu jauh dari daerah pecinan, pasar Sentral dan benteng Fort Rotterdam.
            Waktu itu saya tinggal di jalan Kasuari, hanya satu kali naik angkot (orang Makassar bilang pete-pete) ke sekolah. Di sekolah ini, saya yang dari kalangan keluarga sederhana harus berbaur dengan anak-anak dari pejabat dan orang-orang kaya di kota ini. Ya, di SMPN 6 banyak bersekolah anak-anak pejabat dan orang-orang kaya. Alhamdulillah meski tak masuk 3 besar di sekolah setiap penerimaan rapor, ranking saya berkisar di angka belasan dari sekitar 240 siswa. Syukurlah, tidak pintar tapi tidak bego he he he.
Sumber gambar:
http://smp6makassar.blogspot.com

Lima Dara
            Yang paling berkesan di masa-masa SMP adalah bertemu dan bergabungnya saya ke dalam sebuah kelompok kecil anak-anak perempuan yang keseluruhannya beranggotakan 5 orang. Jika di SD saya tergolong kuper. Di SMP saya cukup bergaul. Menurut saya keempat sahabat saya itu lebih bergaul daripada saya. Dari kelas 1B hingga 3B, dengan Ifa, Uli, Ira, dan Rini lah masa-masa ketika itu menjadi sangat berwarna.
            Masa-masa yang sangat seru. Kami sangat sering ngumpul bareng di rumah Ifa. Letak rumahnya paling dekat dengan sekolah – di jalan Dr. Soetomo. Rumah besar itu sangat nyaman kami tempati berbagi keseruan karena ada banyak celah dan ruang yang bisa dimanfaatkan tanpa mengganggu penghuni rumah yang lain.
            Ada satu hal yang paling berkesan yang masih saya ingat hingga kini. Saat itu hujan deras mengucuri Makassar. Butir-butir air yang besar-besar mengguyur sehingga dengan cepat membentuk genangan air di mana-mana. Turun dari pete-pete[i], saya berteduh dulu di apotek di depan sekolah. Berdiri di sana menunggu hujan reda.
            Saat keadaan aman. Saya bersiap menyeberangi got yang cukup lebar di depan saya. Jika sedang kering tak masalah, got itu terlihat jelas di situ. Namun hujan menciptakan genangan air membentuk kubangan serupa danau. Jalanan saja tak kelihatan apalagi got itu. Saya harus pinta-pintar mengambil ancar-ancar saat melompat. Maka mengira-ngiralah saya lebar got itu. Satu ... dua ... tiga ... dan ... hop. Saya melompat. Tiba-tiba saja  pemandangan berubah. Orang-orang di sekitar saya tampak sangat tinggi. Ternyata saya sukses masuk ke dalam got yang kedalamannya setinggi pinggang saya. Bergegas saya berlari masuk ke dalam kelas yang letaknya masih 200 meter dari situ, dengan membawa serta rasa malu yang menggunung.
            Sampai di kelas, keempat sahabat saya menatap saya dengan prihatin. Sambil menginterogasi mengenai apa yang baru saya alami, mereka berusaha mengeringkan saya dan membuat saya merasa nyaman. Betapa terharunya saya kala itu. Akhirnya badan saya nyaman untuk mengikuti pelajaran hari itu. Rupanya itulah saat-saat tepat bagi anak-anak yang berprinsip ‘Tiada hari tanpa guyon’ ini. Kompak mereka menertawakan saya. Sambil mengulangi kronologi insiden yang memalukan itu, mereka membumbuinya di sana-sini ala mereka, lalu mereka terbahak-bahak berkali-kali. Hah .. rasanya menyesal sudah merasa terharu tadi.

Dihukum Guru IPS
            Saya masih ingat di suatu siang waktu masih kelas 2. Menjelang pukul 12 siang kami menunggu guru IPS datang. Seorang teman yang tiba-tiba kentut membuyarkan ketenangan dalam kelas. Hampir seisi kelas terbahak-bahak karenanya. Tiba-tiba saja guru IPS itu masuk. Wajahnya kontan berubah. Dengan marah, ia menyuruh kami semua keluar kelas. Maka siang itu kami harus berjemur di lapangan basket karena sang guru merasa tawa yang meledak tadi ditujukan untuknya. Astaghfirullah bu, itu namanya buruk sangka. Tak pernahkah teman ibu kentut di dalam kelas?
Sumber gambar:
http://dailyivanmareshaputra.blogspot.com

Cinta Monyet
            Masa SMP adalah masa cinta monyet. Hei, but not for me. Syukurlah, saya tak pernah sampai pacaran di masa itu walau ada juga yang naksir sama saya he he he. Jam-jam pulang sekolah siapapun bisa menyaksikan ada beberapa pasangan muda-mudi berseragam putih-biru memadu kasih di bawah pohon akasia, di trotoar depan sekolah, di pojok halaman sekolah, atau di dalam kelas. Saat ini baru terpikir oleh saya, apakah guru-guru tahu hal ini? Atau mereka tak melihat? Tidak mungkin. Pemandangan itu begitu nyata koq.
            Di masa itu saya mengenal istilah ‘pelampiasan’. Pelampiasan? Apa pula itu?
            Pelampiasan adalah, ketika cinta seseorang tak kunjung diterima sang pujaan hati maka ‘daripada daripada, lebih baik lebih baik’ seseorang itu melemparkan cintanya kepada orang lain. Saya pernah jadi korban pelampiasan seseorang. Apakah saya menerimanya? Anda bertanya demikian? Ya ampun, saya kan sudah tulis di atas, bahwa saya tak pernah pacaran semasa masih SMP. Gimana sih?
            Jelas saja tak saya terima orang model beginian. Lha ketahuan koq obsesinya bukan sama saya. Buktinya setelah ditolak, ia kembali kepada sang pujaan hatinya. Ibarat syair lagu ‘Aku tak pernah pindah ... pindah ke lain hati’.
            Ck ck ck ... sekarang baru saya geleng-geleng kepala. Anak SMP sudah mengenal cinta! Harus menyiapkan sistem pembinaan yang terpadu dan komprehensif nih buat anak saya yang sudah kelas 5 SD. Kurang dari dua tahun lagi. Ya, insya Allah kurang dari dua tahun lagi dia masuk SMP!
Makassar, 16 Desember 2011

Sekarang ... apa ada di antara teman-teman blogger mau mengerjakan ‘PR’ ini?
Begini saja. Ini tawaran topik saja. Jika teman-teman tertarik untuk menuliskannya di blog teman-teman silakan. Bagus kan, sekalian dokumentasi teman-teman tentang kenangan masa SMP.


Akhirnya ada juga yang menyanggupi tawaran ini: Marisa Agustina. Selamat (lho?!?) :D

Silakan dibaca juga tulisan-tulisan ini yah:
           








[i] Pete-pete: istilah untuk angkutan kota di Makassar

No comments:

Post a Comment