Danau Matano, by: Mirna Yuniastuti |
Gadis itu kini sudah 9 tahun usianya, sudah naik di kelas 4 SD. Ukuran kakinya sudah nomor 35. Saya masih ingat saat ponakan perempuan terbesar (anak sulung dari Mirna, adik saya yang berdomisili di Sorowako, kabupaten Luwu Timur) ini masih usia 2 – 3 tahunan, saat liburan ke Makassar paling lama ia adem bermain dengan sulung saya - Affiq adalah selama 3 hari. Setelah itu mereka gontok-gontokan, tetapi yang memulai selalu Ifa. Ia galak sekali dulu. Pure koleris. Kalau bermain selalu ia yang menentukan jalan cerita. Saat dipukul Ifa, biasanya Affiq nangis dulu atau hanya diam saja. Tetapi dalam sehari Ifa bisa memukulnya lebih dari sekali, saat itulah ia melawan. Pernah saya mendapatkan Affiq sedang mencengkram rambut Ifa lalu dengan gerakan naik turun ia sekalian membenturkan kepala Ifa di lantai. Ifa menyerah kalau sudah begini. Tetapi keesokan harinya ia ulangi lagi jika Affiq tak menuruti keinginannya.
Suatu ketika Ifa mendatangi oma yang sedang sibuk menge-klip lembaran-lembaran buku cerita anak-anak yang sudah terpisah-pisah. Ifa memperhatikan lalu ia berkata, “Oma, sini Ifa lihat apa sudah benar urutan halamannya?” Jelas saja oma menjawab, “Iya, Oma tahu. Biarpun Oma sudah tua, Oma tahu hal yang seperti itu.” J
Danau Matano, by: Mirna Yuniastuti |
Ifa punya cara yang unik dalam meminta dibuatkan sesuatu. Misalnya suatu malam gadis penggemar teh ini bermaksud meminta dibuatkan minuman kesukaannya oleh saya. Ia berkata, “Tante Niar, sepertinya Ifa pingin minum sesuatu tapi bukan air putih,” saya yang sudah menangkap maksud hatinya berkata, “Oya? Ifa mau apa memangnya?” Ifa menjawab, “Mmmh ... itu minuman yang huruf akhirnya “H”!” Saya menjawab pura-pura tidak tahu, “Oh, mau gula merah?” Ifa menjawab lagi, “Bukan, huruf awalnya “T” tante Niar!” Saya berkata lagi, “Oh .. TUH? TAH? TIH?” sambil menahan geli. Gadis ini memang hobi sekali mengubah keinginannya menjadi permainan teka-teki. Akhirnya ia menyerah, “TEH!” serunya. “Oke, tante Niar buatkan,” kata saya sambil berlalu menuju ke dapur.
No comments:
Post a Comment